Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Sambut Imlek 2566, Warga Tionghoa Karimun Nyalakan Ratusan Lampion Secara Serentak
Oleh : Khoiruddin Nasution
Rabu | 18-02-2015 | 21:31 WIB
lampion_meral.jpg Honda-Batam
Warga Tionghoa di Meral, Karimun, menyalakan ratusan lampion secara serentak untuk menyambut Imlek, Rabu (18/2/2015). (Foto: Khoiruddin Nasution/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Karimun - Sambut Imlek 2566, masyarakat Tionghoa yang tergabung dalam Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kabupaten Karimun menyalakan ratusan lampion secara serentak pada Rabu (18/2/2015) malam di Kecamatan Meral. Penyalaan secara serentak ini juga dikatakan yang pertama kalinya dilakukan.

"Baru tahun inilah penyalaannya dilaksanakan secara serentak. Banyaknya lampion yang dinyalakan tahun ini mencapai 500 buah, yang digantung dari depan Mapolsek Meral sampai ke Vihara Setiya Vidya Sagara," kata Herman Akam, ketua panitia.

Herman mengisahkan, awal mula lampion tersebut karena dulunya ada seorang perampok yang selalu merampok orang kaya untuk dibagikan kepada orang miskin di Kota Kaifeng, Tiongkok. Perampok tersebut bernama Lie Cu Seng.

Tapi, masyarakat mulai berpandangan buruk terhadap perampok dan anak buahnya itu. Sehingga perampok tersebut memutuskan untuk berpura-pura menjadi rakyat biasa dan membuat cerita tentang perampok yang baik hati.

"Usai mengubah cerita, Lie Cu Seng meminta agar masyarakat miskin menggantungkan lampion di depan rumahnya masing-masing. Sehingga setiap hasil jarahannya akan dibagikan ke masyarakat yang memasang lampion tersebut," Arman mengisahkan.

Selain itu, lampion juga sebagai simbol kebahagian dan harapan. Keberadaan lampion, katanya lagi, tidak dapat dipisahkan dari tradisi perayaan Imlek serta Cap Go Meh. Bahkan lampion menjadi semacam atribut budaya yang menandai peralihan tahun dalam penanggalan Tionghoa.

"Imlek kurang terasa meriah tanpa kehadiran lampion yang menghiasi sudut-sudut jalan, kelenteng maupun rumah warga Tionghoa," katanya.

Sementara pancaran cahaya merah dari lampion memiliki makna filosofis tersendiri. Nyala merah lampion menjadi simbol penghargaan bahwa di tahun yang akan datang diwarnai dengan keberuntungan, rezeki, serta kebahagian.

"Legenda klasik juga menggambarkan, lampion sebaga pengusir kekuatan jahat maupun ancaman kejahatan," terangnya.

Imlek atau Sin Cia menurut pitutur Tionghoa, tidak ubahnya seperti tahun baru Masehi atau tahun baru Hijriah bagi umat Islam. Tahun baru Imlek dihitung mulai dari lahirnya Nabi Kong Hu Cu pada tahun 551 Masehi.

"Menurut sejarah, Imlek merupakan perayaan yang dilakukan oleh petani di Tiongkok. Sehingga perayaan itu berkaiatan erat dengan pesta musim semi (chun tien) dan berlangsung selama lima belas hari (Cap Go Meh). Musim tanam tersebutlah yang dirayakan serta saling mengucapkan Gong Xi Fa Cai kepada sesama," paparnya.

Pada kesempatan itu Bupati Karimun, Nurdin Basirun, yang turut hadir, mengucapkan selamat menyambut Imlek 2566  kepada seluruh masyarakat Tionghoa.

"Jika diibaratkan kapal, apabila nahkodanya tidak bisa mengendalikan di saat ombak besar melanda, maka kapal tersebut akan tenggelam. Artinya, dalam merayakan hari besar seperti Imlek, tidak dapat menciptakan keamanan dan kedamaian, perayaan itu tidak akan bermakna untuk diperingati," katanya singkat. (*)

Editor: Roelan