BATAMTODAY.COM, Jakarta - Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) meragukan target yang akan dicapai pemerintah untuk membangun satu juta unit rumah sederhana pada tahun ini. Selain masalah anggaran, hanya beberapa bank yang fokus menyalurkan pembiayaan untuk rumah sederhana.

"Secara umum, tahun ini perumahan rakyat lebih baik dari 2014 lalu, tapi untuk mencapai satu juta rumah itu jauhlah," tegas Eddy Ganefo, Ketua Umum DPP Apersi.

Dia merasa heran mengapa pemerintah berani menargetkan pembangunan satu juta rumah dengan mengambil data dari asosiasi-asosiasi pengembang. "Kami sendiri (Apersi) hanya berani menargetkan pembangunan 65.000 unit rumah sederhana tahun ini, karena permasalahannya masih sama dengan tahun lalu. Kalaupun akan berubah, tentu perlu proses," lanjutnya.

Dia mengungkapkan, Apersi merealisasikan pembangunan 55 - 60 ribu rumah untuk MBR (masyarakat berpenghasilan rendah) tahun lalu. "Angka ini merupakan yang terbesar dibanding asosiasi-asosiasi (pengembang) lain," katanya.

Tahun ini, kawasan yang paling banyak menyumbang rumah sederhana adalah Jawa Barat (sekitar 24 ribu unit) dan Banten (20 ribu unit).

Kesulitan lain, imbuh Eddy, bank penyalur yang fokus pada pembiayaan rumah sederhana hanya Bank BTN, BTN Syariah, dan BRI Syariah. "Saya rasa bank lain harus lebih fleksibel. Ada hambatan di bank lain itu, saya tak usah sebutkan nama banknya, mereka menyediakan KPR FLPP, tetapi tak mengucurkan kredit konstruksi, sehingga teman-teman (pengembang) sulit untuk mengambil kredit," paparnya.

Di sisi lain, Eddy juga belum melihat janji-janji pemerintah terkait perumahan yang terlaksana. "Untuk mengubah peraturan tak mudah, karena Pemda memiliki otoritas sendiri. Apalagi masalah anggaran, karena harus berhadapan dengan DPR," pungkasnya. (*)

Sumber: rumah.com