Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Mendesak, Warga Serasan Butuh Pelabuhan yang Memadai
Oleh : Nursali
Rabu | 28-01-2015 | 09:01 WIB
Naik Turunnya Calon Penumpang KM_1422373603753_s.jpg Honda-Batam
Penumpang dari Midai, Serasan, harus menggunakan pompong agar bisa menaiki KM Bukit Raya. (Foto: Nursali/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Natuna - Warga kecamatan Midai, Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, mengeluhkan kondisi dermaga yang kurang memadai. Setiap kali warga hendak bepergian ke luar kota atau membeli kebutuhan pokok lainnya dengan menggunakan pelayaran kapal, penumpang harus terlebih dahulu menggunakan kapal kayu yang rentan bahaya.

Majid (39), warga Serasan, menuturkan, tak jarang penduduk lainnya harus berdesak-desakan di dalam pompong (kapal kayu, red) berukuran kecil untuk menuju kapal KM Bukit Raya yang jaraknya 1 - 1,5 mil laut karena kapal tersebut harus berlabuh di tengah laut. Sementara pelabuhan yang dibangun pemerintah setempat hanya dermaga nelayan yang digunakan penduduk lokal untuk beraktivitas keseharian.

"Bahkan dulu ada yang sampai meninggal karena pompong yang kami naiki tenggelam," ungkap Majid kepada BATAMTODAY.COM di dek KM Bukit Raya, Selasa (27/1/2015) sore.

Penumpang kelas ekonomi ini juga mengatakan, perencanaan pembangunan dermaga pelayaran telah diusulkan pada musyawarah pembangunan kabupaten. Namun hingga saat ini pemangunan tersebut belum kunjung terlaksana tanpa alasan jelas, sehingga warga setempat sekali lagi harus merasakan keterisoliran.

"Yang sangat, sangat, sangat kami butuhkan dermaga. Tolong, kami butuh dermaga," pintanya.

Pantauan di KM Bukit Raya, tampak para penumpang yang hendak masuk ke dalam kapal melalui tangga harus lebih berhati-hati melangkah. Penumpang tersebut harus naik ke tangga dari kapal kayu yang masih terombang ambing di laut di sebelah KM Bukit Raya. Dikhawatirkan penumpang seperti ibu hamil, lanjut usia, dan anak-anak.

Kapten KM Bukit Raya, Capt Ridwan Wijayanto, mengaku harus berlabuh di tengah laut karena dermaga di Midai dan Serasan tidak sesuai standar pelayaran. Ditambah lagi rambu-rambu lalu lintas laut yang masih minim sehingga pihaknya tidak mau ambil risiko bila mana terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Pelabuhan itu bukan pelabuhan untuk kapal-kapal besar. Boya (rambu-rambu lalu lintas laut, red) yang ada pun tidak ada lampunya sama sekali. Inilah yang menyulitkan kita. Semestinya lampu pada boya itu harus nyala, jadi navigasi kita juga aman," terangnya.

Menurutnya, dengan adanya dermaga yang memadai dan sesuai dengan standar pelayaran, maka secara otomatis lama-kelamaan kesejahteraan penduduk setempat akan meningkat karena proses naik turunnya penumpang akan lebih mudah dan memperkecil risiko.

"Karena di situ (dermaga, red) kapal-kapal pelayaran akan dengan mudah embarkasi (naik penumpang ke atas kapal, red) dan debarkasi (turunnya penumpang dari atas kapal, red). Kalau seperti ini risikonya jauh lebih besar ketimbang daerah yang memiliki dermaga khusus pelayaran untuk kapal-kapal besar," ujarnya. (*)

Editor: Roelan