Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pemerintah Terkesan Membiarkan

Nelangsa Warga Batumergong, Air Laut Tercemar Limbah Penambangan Pasir Ilegal
Oleh : Hadli
Kamis | 22-01-2015 | 20:17 WIB
Pantai_Tanjungmemban_yang_sudah_tak_biru_lagi.jpg Honda-Batam
Pantai Tanjungmemban yang sudah tak biru lagi. (Foto: Hadli/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Batam - Aktivitas penambangan pasir ilegal di Batumergong, Kelurahan Batubesar dan Kelurahan Sambau, Kecamatan Nongsa, telah mengancam kehidupan nelayan setempat. Ekosistem pantai yang menjadi lahan nelayan mencari ikan tercemar oleh lumpur.

"Sebelum adanya penambangan pasir ilegal ini, kami jarang melaut sampai ke tengah, cukup di depan ini saja. Tapi sekarang sudah tidak bisa lagi karena sepanjang pantai  sudah tercemar," kata salah satu tokoh masyarakat yang minta namanya diinisialkan sebagai R kepada BATAMTODAY.COM, Kamis (22/1/2015).

Dia menuturkan, dulunya air laut di situ berwarna biru dan nelayan masih mudah mendapatkanikan untuk kebutuhan sehari-hari dan dijual. Namun, kondisi itu kini sudah berbalik. Laut sama sekali sudah nyaris tak bisa dimanfaatkan karena ekosistemnya telah "dirusak".

"Gonggong, lokan, remis, dulunya masih mudah kami cari. Termasuk berbagai ikan yang masuk ke bubu maupun kami tangkap dengan jaring. Bahkan pada waktu tertentu malam hari dari rumah ini masih nampak ikan bilis datang. Sekarang, jangankan kerang dan ikan, umang-umang saja sudah tidak ada lagi," keluhnya.

Dia juga mengatakan, tinggi lumpur akibat aktivitas tambang ilegal di Batumergong saat ini sudah setinggi lutut orang dewasa. Diperkirakan dari sepanjang 3 kilometer dari Teluk Mataikan, Batumergong sampai Tanjungbemban, sekitar 1 kilometer ke laut sudah menguning semua.

"Kami yang di sini menderita, mereka yang menambang yang mendapat senangnya. Oknum aparatlah pemuncanya. Tanpa mereka, masyarakat tidak akan berani menambang begitu saja," terangnya.

Lokasi Kampung Tanjungbemban dengan Teluk Mataikan merupakan wilayah yang mengapit Batumergong (posisi di tengah). Wisatawan lokal hingga wisman mancanegara juga turut datang ke pantai tersebut untuk menikmati keindahan laut sekitar.

Kekecewaan masyarakat lebih mendalam ketika wisatawan lokal dan mancanegara yang tiba di lokasi harus berbalik arah karena alam sudah tidak bersahabat akibat perbuatan sekelompok orang yang memperkaya diri.

Menurut R, Bapedal Kota Batam yang berperan penting, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Batam juga memiliki tanggung jawab penuh. Karena setelah adanya aktivitas yang mencemari laut, sudah tidak ada lagi wisatawan lokal dan mancanegara yang mau singgah.

"Wisatawan asing tentunya akan membawa cerita ini sampai ke negaranya. Ini sangat berdampak buruk. Kami sudah capek mengeluh ke pemerintah, tapi tetap tidak ada tanggapan. Harapan kami sebagai warga kecil, sangat berharap bisa membuka mata dan telinga pemerintah untuk menghentikan aktivitas ini," tutupnya. (*)

Editor: Roelan