Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Banjir dan Bantuan Salah Sasaran Jadi Sorotan Masyarakat di Bintan Utara
Oleh : Harjo
Sabtu | 06-12-2014 | 18:32 WIB
Andreas_Salim_Anggota_DPRD_Bintan_dari_Partia_Hanura.JPG Honda-Batam
Andreas Salim, anggota DPRD Bintan dari Partia Hanura. (Foto: Harjo/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Tanjunguban - Tambang pasir rakyat dan sengketa lahan dengan pihak TNI AL, ternyata bukan satu-satunya masalah yang dihadapi warga Bintan Utara. Permasalahan banjir yang kerap terjadi setiap musim hujan dan masih banyak bantuan yang tidak tepat sasaran, menjadi dua permasalahan yang menonjol  di wilayah Kecamatan Bintan Utara dan Serikuala Lobam.

Demikian disampaikan anggota Komisi II DPRD Bintan, Andreas Salim alias Ayong, yang menjaring aspirasi masyarakat di wilayah daerah pemilihan (dapil) Kecamatan Bintan Utara dan Lobam, selama masa reses DPRD Bintan.

"Permasalahan memang sangat banyak yang disampaikan oleh masyarakat, selain permasalahan tambang pasir dan banjir yang kerap melanda sejumlah tempat di Tanjunguban. Masyarakat juga menyoroti permasalahan banyaknya bantuan dari pemerintah yang dinilai tidak tepat sasaran. Warga yang sesungguhnya benar-benar membutuhkan bantuan justru masih tidak mendapatkan," ungkap Ayong kepada BATAMTODAY.COM Tanjunguban, Sabtu (6/12/2014).

Dia menyampaikan, terkait bantuan yang kurang tepat sasaran muncul dari sejumlah kelompok tani dan nelayan. Karena memang benar kondisi di lapangan justru memang kenyataan warga yang benar-benar membutuhkan sampai saat ini belum mendapatkannya.

"Seluruh permasalahan yang sudah disampaikan akan menjadi masukan dan akan segera dibahas di forum dewan guna disampaikan kepada pihak pemerintah daerah," kata politisi dari Partai Hanura ini.

"Mengingat aturan bantuan hibah juga tidak bisa diberikan hingga lebih dari satu kali, tapi nyata masih ada sejak bantuan digulirkan. Orang yang sangat membutuhkan terkesan hanya penonton, karena masih ada juga penerima bantuan yang hingga lebih dari satu kali," tambahnya.

Selain dua pokok permasalahan tersebut, warga Tanjunguban juga mengeluhkan masalah pembangunan drainase yang ada di Jalan permaisuri hingga Jalan RE Martadinata dan sejumlah tempat lainnya. Dinilai kurang maksimal dan dalam pengerjaannya terkesan asal jadi, sehingga tujuan untuk mengurangi bajir belum menjadi solusi dalam pembangunan drainase tersebut.

"Yang jelas semua masukan dan apa yang disampaikan oleh masyarakat, akan kita jadikan acuan agar dalam realisasinya dilapangan benar-benar sesuai dengan tujuan dan fungsinya, serta tidak disalahgunakan oleh pelaksananya," imbuh Ayong. (*)

Editor: Roelan