Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Jumlah Pengguna 'Si Melon' Meningkat, Kuota Pasokan Tak Pernah Bertambah
Oleh : Romi Chandra
Senin | 24-11-2014 | 18:00 WIB
gas_melon_habis.jpg Honda-Batam
Pangkalan gas bersubsidi yang mengalami kekosongan stok.

BATAMTODAY.COM, Batam - Keluhan masyarakat terkait kelangkaan gas elpiji ukuran tiga kilogram atau gas melon masih berlanjut. Penambahan kuota juga tidak dilakukan pemerintah agar bisa meringankan kebutuhan pokok masyarakat.

Tidak jarang 'si melon' langsung habis begitu sampai di pangkalan. Mirisnya, antrian panjang masyarakat berbuntut kepada kekecewaan, karena kuota yang diberikan terbatas. Ditambah lagi dengan pasokan yang dilakukan ke setiap pangkalan tidak teratur dan jumlahnya kian berkurang.

Seperti yang dialami pangkalan resmi 'si melon' di kawasan RW 02 Muara Takus, kelurahan Kampung Seraya, Batam. Dari kejauhan terlihat tabung gas melon memenuhi jeruji besi, namun begitu didekati tertulis habis.

Pemilik pangkalan yang enggan menyebutkan namanya, ketika ditanyai BATAMTODAY.COM, mengatakan, pangkalan miliknya lebih sering tutup daripada buka. Sebab, saat si melon datang, langsung diserbu masyarakat. Bahkan, masih banyak masyarakat yang tidak kebagian.

"Sekarang pasokannya tidak tentu mas. Kadang sekali seminggu, kadang hanya satu kali seminggu. Kuotanya juga dipotong. Kadang yang masuk hanya 40 hingga 50 tabung, padahal kuota sebenarnya di sini 80 tabung," kata pemilik pangkalan ini, Senin (24/11/2014).

Menurutnya, semakin langkanya si melon ini karena saat ini semua masyarakat sudah beralih menggunakan kompor gas untuk memasak. "Kalau dulu masih ada warga yang menggunakan minyak tanah untuk memasak. Tapi kan minyak tanah harganya makin mahal, makanya sekarang semua lebih milik pakai kompor gas," katanya.

Yang perlu diertimbangkan sekarang ini lanjutnya, bagi masyarakat tidak masalah harga naik, namun kuotanya harus ditambah. Namun setiap kali kelihan disampaikan, alasan agen selalu mengatakan belum bisa ditambah tanpa menyebutkan alasannya.

"Data untuk kuota tabung gas ini masih memakai data lama. Jelas tidak efektif lagi, karena jumlah masyarakat yang menggunakan gas melon semakin tinggi. Yang perlu itu sekarang penambahan kuota," lanjutnya.

"Warga dari daerah lain juga sering ambil kesini. Kami ingin mendahulukan warga disiji, tapi kalau mereka sudah memelas belum memasak, kami juga tidak mungkin tidak memberikannya," tambahnya lagi.

Sementara itu, Santi, salah seorang warga setempat juga mengaku harus menggunakan gas seperlunya saja, karena takut tidak kebagian saat pasokan si melon masuk. "Banyak warga yang mempehatikan kapan pasokan gas masuk. Begitu datang, langsung tak kebagian karena rebutan. Jadi terpaksa berhemat. Kalau mau beli yang ukuran 12 kilogram, jelas masyarakat banyak tak mampu, karena harganya sangat mahal," keluh Santi.

Ia berharap, pemerintah bisa mempehatikan masyarakat, ditambah lagi saat ini harga senua kebutuhan pokok semakin mahal. "Harga kebutuhan pokok semakin mahal, ditambah lagi gas ini langka, tentu semakin menyusahkan kami. Kami sangat berharap pemerintah bisa mengambil kebijakan yang bijak," harapnya.

Editor: Dodo