Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Balik Kanan Tanpa Berupaya Ambil Sampel

Tim KLH Telisik Keberadaan Limbah Pertamina Pulau Sambu di TPA Punggur
Oleh : Hadli
Sabtu | 15-11-2014 | 10:13 WIB
cek_limbah.jpg Honda-Batam
Tim KLH bersama LSM P3K saat meninjau keberadaan limbah milik Pertamina Pulau Sambu di TPA Punggur.

BATAMTODAY.COM, Batam - Tim investigasi Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) masih terus menelisik keberadaan limbah rumah tangga milik Pertamina Pulau Sambu yang diduga dicampur bahan berbahaya dan beracun (B3) jenis oil sluge dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Telaga Punggur.


Upaya telisik limbah itu disampaikan Melda, salah satu tim KLH, kepada BATAMTODAY.COM, Jumat (14/11/2014). Dia juga mengaku jika pihaknya masih menggelar rapat dengan pihak terkait soal limbah tersebut. "Maaf mas, saya masih dalam rapat, tahap penyelidikan masih berlangsung," ujarnya melalui pesan singkat, Jumat (14/11/2014).

Informasi yang diperoleh media ini, pada Kamis (13/11/2014) malam hingga Jumat (14/11/2014) pukul 05.00 WIB, tim Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) bersama DKP, Pertamina dan kontraktor (PT Aneka Pratama) menggelar rapat membahas keberadaan limbah yang dibuang ke TPA Telaga Punggur yang dikelola DKP Kota Batam.

Dari informasi diperoleh, tim KLH yakin bahwa limbah yang dibuang ke TPA hampir 100 persen bukan limbah B3, karena limbah B3 jenis oil sludge masih berada di Pulau Sambu.

Berdasarkan pantauan BATAMTODAY.COM di TPA Telaga Punggur, saat tim KLH terjun menyelidiki dugaan adanya limbah B3 dari Pertamina Pulau Sambu, tim langsung balik kanan begitu saja tanpa mau membawa sempel limbah yang dibuang ke TPA dengan alasan sudah tertimbun.

Tim KLH pun sama sekali tidak menunjukkan adanya upaya melakukan penggalian untuk mendapatkan sampel limbah milik Pertamina itu, sehingga kecurigaan tersebut dapat dibuktikan.

Tim KLH terlihat pasrah saja dan memilih balik kanan meninggalkan tumpukan limbah Pertamina, yang diduga telah terkontaminasi B3. Tidah hanya itu, Tim KLH juga menepis upaya LSM Persatuan Pemuda Padat Karya (P3K) Batam yang mendukung pembuktian keberadaan limbah dengan menawarkan sampel yang sebelumnya telah diambil, dan bahkan rekaman video pwmbuangan limbah tersebut, dengan alasan tidak layak untuk dijadikan barang bukti.

‎Sebagaimana diberitakan sebelumnya, sebanyak kurang lebih 5.000 ton/kubik limbah diduga kuat mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) masuk ke TPA Punggur. Limbah tersebut merupakan oil sludge (OS) atau lumpur minyak dan limbah lainnya yang berasal Pertamina Pulau Sambu, Kecamatan Belakangpadang.

Informasi yang dihimpun di lapangan menyebutkan, Kurniawan dan Samsul dari PT Desa Air Kargo --yang menaungi kawasan pengelolaan limbah industri (KPLI) Kabil, Kecamatan Nongsa, ikut adil dalam aktivitas pengangkutan ribuan ton limbah industri dari Pertamina Pulau Sambu hingga dibuang ke TPA Punggur.

Dari dermaga Pertamina Pulau Sambu, limbah tersebut diangkut menggunakan tongkang menuju pelabuhan bongkar muat CPO atau Pertamina Tongkang di Kabil. Kemudian diangkut dengan menggunakan dump truck ke lokasi tempat pembuangan akhir (TPA) Telaga Punggur.

Pantauan BATAMTODAY.COM, di lokasi pelabuhan CPO Kabil, Sabtu (8/11/2014) sore, tampak kapal tongkang bermuatan 3.000 ton sedang menyandar. Terlihat juga satu unit bekho berwarna kuning sedang memindahkan limbah diduga B3 jenis OS bercampur sampah plastik yang sudah berwana kehitaman dari tongkang ke dump truck yang sudah mengantri untuk selanjutnya dibuang ke TPA Punggur.

Masih di lokasi pelabuhan CPO, di sekitar tongkang, tepatnya lahan kosong untuk aktivitas antri dump truck, jalan tanah kuning tampak menjadi kehitaman diduga kuat karena limbah diduga B3 jenis oil sludge yang berceceran.

Bahkan, dari dump truck yang sudah bermuatan limbah diduga B3 itu telihat jelas cairan hitam menetes deras hingga 'menghitamkan' jalan tanah di sekitar Pelabuhan CPO Kabil.

Di lokasi TPA, dump truck yang menggakut limbah dari Pelabuhan CPO Kabil, yang disinyalir telah bercampur limbah B3 jenis oil sludge dengan sampah plastik rumah tangga, dikerumuni para pemulung.

Agus, selaku pengawas aktivitas pengangkutan limbah oil sludge itu, saat ditemui BATAMTODAY.COM di Kabil, Sabtu (8/11/2014), mengaku tidak tau menahu mengenai perizinan aktivitas yang diawasinya. Pria asal Sumatera Barat ini bahkan mengaku, pihaknya (sebagai pemilik dump truck) hanya memperoleh pekerjaan dari Samsul, Direktur PT Desa Air Kargo.

"Saya tidak tahu mengenai itu semua, bang. Saya hanya pekerja. Yang tahu semua adik saya. Kami ini hanya mendapat pekerjaan dari Pak Samsul, karena hitung-hitungan cocok maka kami kerjakan," kata Agus tanpa menyebut nama adiknya.

Anehnya, sang pengawas kegiatan pengangkutan limbah diduga mengandung B3 itu malah mengaku tidak tahu nilai ongkos pengangkutan limbah tersebut, yang diperoleh dari Samsul melalui adiknya.

Hanya saja, Agus memastikan kegiatan pengangkutan limbah Pertamina Pulau Sambu diduga mengandung B3, yang diakuinya sebanyak 2.500 ton, itu diperintahkan harus diselesaikan secepatnya hari itu juga.

"Jam 12 (24.00) WIB ini sudah harus diangkat semua dari tongkang. Pokoknya diperintahkan hari ini juga harus selesai," ungkap Agus menjelaskan perintah yang diterima dari pemberi pekerjaan.

Untuk diketahui, oil sludge (OS) atau lumpur minyak bumi merupakan limbah yang terjadi pada kegiatan pengolahan, penyaluran dan penampungan minyak bumi. OS tersebut berupa lumpur atau pasta yang berwarna hitam, kadang-kadang tercampur dengan tanah, kerikil, air, dan bahan lainnya.

Pada umumnya lumpur ini dihasilkan dari pengendapan partikel-partikel halus dari BBM. Endapan tersebut semakin lama semakin menumpuk pada bagian bawah dari tangki-tangki penyimpanan atau pada pipa-pipa penyaluran BBM. Oil sludge mengandung bahan-bahan logam berat yang berasal dari refinery minyak.

Editor: Redaksi