Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Sebelum ke Jembatan I Barelang, Ambok Disebut Temui Anggota Yonif 134 untuk Minta Uang
Oleh : Irwan Hirzal
Senin | 20-10-2014 | 16:51 WIB
2014-10-20 18.39.23.jpg Honda-Batam
Mayat tanpa kepala di dalam karung saat disemayamkan di RS BP Batam sebelum diotopsi.

BATAMTODAY.COM, Batam - Mayat pria yang ditemukan tanpa kepala di Pulau Pumpun, yang diidentifikasi pihak keluarga sebagai Ambok Maik (37), bukan Ambok Malik seperti ditulis sebelumnya, warga Kavling Nongsa, disebut sempat bertemu dengan anggota Batalion Infanteri (Yonif) 134/Tuah Sakti Batam bernama Pardede.


Pertemuan itu terjadi pada Kamis (16/10/2014) petang sekitar pukul 17.30 WIB lewat, setelah almarhum sampai di Batam dari Tanjungpinang.

"Kata istrinya, Ambok saat menghubunginya mengaku akan bertemu Pardede (anggota Yonif 134/Tuah Sakti, red) ke markasnya untuk meminta uang sebelum ke Jembatan I Barelang," ujar Abu, abang ipar almarhum, kepada BATAMTODAY.COM di RSBP Batam, Senin (20/10/2014) sore.

Uang yang akan diminta, kata Abu, sesuai keterangan istri almarhum, berjumlah Rp1,4 juta.

Namun uang apa yang diminta kepada Pardede masih menjadi teka-teki, baik oleh istri maupun keluarga lmarhum. Ambok sendiri tak menyebutkan alasannya kepada Tanri (33), istrinya, saat menghubungi melalui telepon pada Kamis sore.

Abu menjelaskan, pekerjaan Ambok sehari-harinya tak menentu. Terahir kali diketahui Ambok tertangkap aparat kepolisin saat membawa kayu ilegal hasil curian di hutan kawasan bundaran Bandara Hang Nadim Batam.

"Dia (Ambok, red) kerjanya tidak jelas. Terakhir ditangkap saat membawa kayu ilegal pemotong kayu di hutan bandara," kata Abu.

Terakhir kali almarhum menghubungi istrinya pada Kamis (16/10/2014) malam sekitar pukul 19.30 WIB dan mengatakan sudah di bundaran bandara hendak berkerja. Itulah komunikasi terakhir antara Ambok dan istrinya. Pada Jumat pagi, ponsel Ambok sudah tak aktif lagi.

Setelah ponsel Ambok tak aktif, pihak keluarga sempat menghubungi kerabat Ambok. Pardede juga sempat dihubungi untuk menanyakan keberadaan Ambok.

"Pardede itu sempat ke rumah dan mencari Ambok bersama-sama. Tapi dia melarang keluarga melapor ke polisi," timpal Sudirman, paman korban.

Sebagaimana diberitakan, warga Tanjungbanun, Kecamatan Galang, menemukan mayat di dalam karung, di daerah Pulau Pumpun pada Minggu (19/10/2014) siang. Karung berisi mayat yang diduga kuat korban pembunuhan itu ditemukan tersangkut di pohon bakau.

Mayat tanpa identitas itu pertama sekali ditemukan oleh Amran (38) saat hendak mencari gonggong (siput laut). Karung yang dililit seutas tali dan kabel diketahui berisi mayat setelah melihat jari kelingking kaki sebelah kiri keluar dari sela-sela karung itu.

Ambok juga dikatakan sempat berpamitan melalui telepon dengan sang istri, Tanri (33), untuk bertemu seseorang di Jembatan I Barelang pada Kamis (16/10/2014) malam, sekitar pukul 19.30 WIB.

"Istrinya bilang seperti itu. Almarhum telepon istrinya pada Kamis pukul 19.30 WIB, pamit untuk bekerja. Katanya jangan diganggu dulu," ujar Abu (39), abang ipar almarhum kepada BATAMTODAY.COM, di kamar jenazah RSBP Batam, Senin (20/10/2014) sore.

Menurut Abu, Tanri sempat merasa curiga dan cemas. Tanri sempat menelepon balik suaminya, namun tak diangkat. Bahkan Tanri berusaha menghubung Ambok hingga pagi, namun tetap tak diangkat.

"Sampai pagi ditelepon tapi tidak diangkat. Pada Jumat pagi pukul 08.30 WIB, ponsel Ambok sudah tak aktif," terang Abu. (*)

Editor: Roelan