Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Jakarta Rawan Digulung Gelombang Tsunami
Oleh : Redaksi
Rabu | 17-09-2014 | 10:23 WIB
sumatra_iteration_4_with_north.jpg Honda-Batam
Gambar: www.earthobservatory.sg

BATAMTODAY.COM - SEBAGIAN besar patahan di dasar Samudera Pasifik dapat memicu gempa bumi dengan kekuatan lebih dari magnitudo 9, demikian data penelitian. Kajian muncul di tengah keprihatinan para ahli gempa bumi mengenai potensi bahaya patahan laut dalam yang dinamai zona subduksi.

Patahan semacam itu dapat menghasilkan gempa bumi dahsyat. Guncangan di zona tersebut dapat memicu gelombang tsunami.

Gempa bumi yang terjadi di dekat Aceh pada 2004—dengan magnitudo 9,1—dan guncangan berskala 9 di timur laut Jepang tahun 2011 terjadi pada zona subduksi yang sebelumnya diyakini tidak berpotensi menghasilkan getaran hebat. Para ilmuwan merasa patahan di zona tersebut dan di kawasan lain sudah terlampau tua untuk melepaskan energi raksasa. Setelah kedua gempa menunjukkan kedahsyatannya, para ilmuwan berupaya mencari jalan untuk memperhitungkan potensi gempa mendatang.

"Jakarta berada di atas zona subduksi yang kondisinya nyaris sama dengan zona di sebelah timur laut Jepang," yang memicu tsunami dan kerusakan reaktor nuklir, ujar Chris Goldfinger, salah satu penulis laporan penelitian sekaligus paleoseismolog dari Oregon State University.

"Selama berpuluh-puluh tahun, zona itu diasumsikan takkan memicu gempa berskala 9. Sebenarnya, itu mungkin. Implikasi bagi berbagai tempat lain di seluruh dunia juga besar."

Kajian baru yang terbit hari Selasa dalam buletin Seismological Society of America itu mengajukan sebuah model untuk menentukan kekuatan maksimal yang mungkin dihasilkan suatu gempa pada zona-zona tersebut pada waktu tertentu. Caranya: kombinasi data gempa purba plus gempa yang terjadi baru-baru ini.

Hasil kajian mengindikasikan bahwa kebanyakan zona subduksi di sekitar Pasifik dapat membuahkan gempa sebesar magnitudo 8,5 atau lebih dalam periode 250 tahun; 8,8 atau lebih pada periode 500 tahun; dan skala 9 atau lebih pada periode 10.000 tahun.

"Hanya karena zona subduksi belum menghasilkan gempa (berkekuatan) 8,8 dalam 499 tahun, tidak berarti tahun depan (gempa besar itu) akan terjadi," ujar Yufang Rong, salah satu penulis laporan kajian sekaligus seismolog dari Center for Property Risk Solutions FM Global.

"Ini hanya masalah probabilitas." (*)

Sumber: WSJ