Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Polusi Iklim Cetak Rekor Tertinggi
Oleh : Redaksi
Sabtu | 13-09-2014 | 11:01 WIB
polusi.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM - Polusi gas rumah kaca (GRK) mencapai level tertinggi pada 2013 berdampak pada samudra dan atmosfer. Kenaikan polusi ini didorong oleh melonjaknya emisi CO2. Hal ini terungkap dari berita World Meteorological Organization (WMO) yang dirilis pekan ini.

Laporan WMO menemukan dalam periode 1990 hingga 2013 telah terjadi kenaikan efek radiasi - efek pemanasan dalam iklim - sebesar 34% akibat akumulasi polusi jangka panjang seperti CO2, metana dan nitrat oksida.

Pada 2013, konsentrasi CO2 di atmosfer naik 142% dibanding era masa pra-industri (1750), sementara konsentrasi metana dan nitrat oksida naik 253% dan 121%. Pengamatan dari jaringan Global Atmosphere Watch (GAW) milik WMO menunjukkan bahwa polusi CO2 naik lebih tinggi pada periode 2012 hingga 2013 dibanding tahun-tahun sebelumnya sejak 1984.

Data awal mengindikasikan bahwa kondisi ini kemungkinan besar terkait dengan berkurangnya kemampuan bumi dan sistem alaminya menyerap polusi iklim akibat menumpuknya dan terus meningkatnya emisi CO2.

Konsentrasi gas rumah kaca berbeda dengan emisi gas rumah kaca. Konsentrasi GRK menunjukkan jumlah gas rumah kaca yang berkumpul di atmosfer. Sementara emisi gas rumah kaca adalah penambahan polusi GRK yang ada di atmosfer bumi.

Menurut WMO telah terjadi interaksi yang kompleks antara atmosfer, biosfer dan samudra. Sekitar seperempat dari emisi GRK total diserap oleh samudra dan seperempat lainnya oleh biosfer, mengurangi jumlah CO2 di atmosfer.

Saat gas CO2 terus naik, tidak hanya kesehatan manusia yang dirugikan, samudra dan ekosistemnya terus merasakan dampaknya. Menurut WMO peningkatan keasaman air laut mencapai level tertinggi dalam 300 juta tahun terakhir.

"Kita tahu, tanpa keraguan lagi bahwa iklim telah berubah dan cuaca menjadi semakin ekstrem. Aktivitas manusia salah satunya dengan membakar bahan bakar fosil adalah penyebabnya," ujar Sekretrais Jenderal WMO, Michel Jarraud.

Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), karbon dioksida (CO2) menyumbang 80% dari 34% kenaikan efek radiasi (radiative forcing) yang dipicu oleh akumulasi gas rumah kaca antara tahun 1990 hingga 2013.

Dalam skala global, jumlah CO2 dunia di atmosfer telah mencapai 396 PPM (parts per million) pada 2013. Pada 2012-2013 kenaikan CO2 di atmosfer mencapai 2,9 PPM - kenaikan tertinggi dalam 30 tahun. Dengan kecepatan peningkatan saat ini, konsentrasi CO2 akan menembus 400 PPM pada 2015 atau 2016.

Metana adalah gas rumah kaca paling berbahaya kedua setelah CO2. Sebanyak 40% emisi metana berasal dari alam sementara 60% berasal dari aktivitas manusia seperti peternakan, produksi padi, pemakaian bahan bakar fosil serta pembakaran biomasa dan lahan. Konsentrasi metana di atmosfer mencapai titik tertinggi 1824 PPB (parts per billion) pada 2013. Setelah sempat mengalami stagnasi, konsentrasi emisi metana kembali meningkat sejak 2007.

Sementara untuk emisi nitrat oksida (N2O) sebanyak 60% berasal dari alam dan sisanya 40% dari aktivitas manusia, dari penggunaan pupuk, pembakaran biomasa dsb. Konsentrasi N20 di atmosfer mencapai 325,9 PPB pada 2013, namun dampaknya terhadap iklim 298 kali lipat lebih berbahaya dibanding CO2 pada periode 100 tahun.

Sumber: Hijauku.com