Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Warga Desa Pangke Barat Keluhkan Pencemaran dari PT Karimun Mining
Oleh : Khoiruddin Nasution
Kamis | 11-09-2014 | 09:12 WIB
Asap_dari_PT_KM.jpg Honda-Batam
Asap yang keluar dari cerobong milik PT Karimun Mining yang berbau. (Foto: Khoiruddin Nasution/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Karimun - Asap yang keluar dari tempat produksi biji timah PT Karimun Mining (KM) di Desa Pangke Barat, Kecamatan Meral Barat, Kabupaten Karimun, dikeluhkan warga sekitar. Dari cerobong itu sering mengeluarkan debu yang mengeluarkan aroma busuk.

"Walaupun sudah memakai masker, bau busuk yang menyengat dari cerobong asap smelter PT Karimun Mining masih tercium. Jika dari instansi terkait tidak cepat mengatasi pencemaran lingkungan ini kesehatan warga berada di sekitar perusahaan tersebut sangat terancam," ujar Arja, warga Panke Barat, kepada BATAMTODAY.COM, Rabu (10/9/2014).

Demikian dengan penuturan warga lainnya. "Cerobong tempat pengolahan bijih timah milik PT Karimun Mining mengeluarkan debu berwarna kuning cukup tebal dan berbau busuk. Pencemaran udara ini bisa membahayakan kesehatan warga sekitar, terutama pada pernafasan," ujar Aris, tokoh pemuda Desa Pangke Barat.

Karena itu, katanya, pada Selasa (9/9/2014) sore sekitar pukul 15.00 WIB dan bertempat di ruang rapat kantor Desa Pangke Barat, telah dilakukan pertemuan antara masyarakat yang terkena dampak langsung dengan perwakilan PT KM, Musril. Pertemuan itu membahas tentang pencemaran udara yang ditimbulkan dari kegiatan produksi PT KM.

Dalam pertemuan itu ada beberapa hal yang dibicarkan, di antaranya tidak adanya tempat pembuangan sementara (TPS) limbah pencucian timah sehingga cairan yang disinyalir mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3) itu mengalir sampai ke jalan umum. Kemudian, pertemuan itu juga mengangkat masalah kompensasi kepada masyarakat yang tidak pernah diberikan.

"Untuk masalah pencemaran lingkungan dan limbah, perusahaan sedang melakukan proses perbaikan dengan tempo paling lambat satu bulan ke depan. Sedangkan kompensasi, pihak perusahaan membuka peluang kepada Desa Pangke Barat untuk membuat pengajuan bantuan dalam bentuk proposal," terang Aris.

Sementara itu, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Karimun, Amjon, tidak dapat dikonfirmasi. Dari sejumlah nomor ponsel yang dimiliki selama ini, tidak satu pun yang aktif ketika dihubungi. (*)

Editor: Roelan