Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Taraf CO2 di Atmosfer Meningkat Drastis
Oleh : Redaksi
Selasa | 09-09-2014 | 10:42 WIB
polusi bbc.jpg Honda-Batam
(Foto: BBC).

BATAMTODAY.COM - Peningkatan konsentrasi karbondioksida (CO2) di atmosfer antara 2012 dan 2013 merupakan peningkatan gas rumah kaca paling pesat sejak 1984 silam, kata Organisasi Meteorologi Dunia (WMO).

Berdasarkan perhitungan WMO yang dilansir jurnal ilmiah tahunan, Greenhouse Gas Bulletin, konsentrasi karbondioksida di atmosfer pada 2013 mencapai 396 parts per million (ppm). Jumlah itu merupakan hasil peningkatan nyaris 3 ppm dari tahun sebelumnya.

"Greenhouse Gas Bulletin menunjukkan bahwa konsentrasi karbondioksida di atmosfer sesungguhnya meningkat tahun lalu dalam kecepatan paling tinggi selama nyaris 30 tahun," kata Michel Jarraud, sekretaris jenderal WMO.

Sebagai perbandingan, menurut Jarraud, taraf CO2 di atmosfer saat ini 142% lebih tinggi jika dibandingkan dengan taraf CO2 pada 1750 lampau, sebelum revolusi industri dimulai.

Selain memuat taraf konsentrasi CO2 di atmosfer, Greenhouse Gas Bulletin untuk kali pertama memasukkan data tingkat keasaman laut yang disebabkan karbondioksida.

Setiap hari, menurut WMO, lautan mengambil 4 kilogram CO2 per orang. WMO meyakini taraf keasaman laut saat ini belum pernah selama 300 juta tahun terakhir.

Bukti-bukti dampak gas rumah kaca terhadap lautan dan atmosfer kian menggarisbawahi pentingnya aksi politik, kata Michel Jarraud.

"Kita punya ilmu pengetahuan dan alat untuk mempertahankan peningkatan suhu berada pada level 2 derajat Celsius sehingga planet ini punya harapan serta agar anak dan cucu kita punya masa depan."

"Beralasan tidak peduli bukan lagi alasan untuk tidak bertindak," ujar Jarraud.

Temuan WMO mengemuka menjelang pertemuan para pemimpin dunia di New York, Amerika Serikat, pada 23 September mendatang. Pertemuan itu akan membahas masalah perubahan iklim.

Menteri Urusan Iklim Inggris, Ed Davey, mengatakan pertemuan yang diusulkan Sekjen PBB Ban Ki-moon itu diharapkan dapat menuju ke sebuah kesepakatan mengenai perubahan iklim di Paris pada akhir tahun depan.

Menurut Davey, kesepakatan di Paris tidak hanya akan membatasi dampak perubahan iklim global, tapi juga bakal memulai transisi kepada produksi energi karbon rendah di seluruh dunia.

Sumber: BBC