Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bursa Calon Ketua Umum Partai Golkar

PBS Ajak Golkar Melawan Jadi 'Partai Cap Orang Tua'
Oleh : Surya
Minggu | 07-09-2014 | 17:43 WIB
Priyo Budi Santoso.jpg Honda-Batam
Priyo Budi Santoso

BATAMTODAY.COM, Yogyakarta -  Partai Golkar diminta untuk segera melakukan lompatan agar tidak dilaberi citra sebagai 'Partai Cap Orang Tua'.


Golkar harus membuka diri bagi masuknya kader baru di luar jalur birokrasi dan TNI, yang sangat melek dengan media sosial dan teknologi komunikasi.

Hal ini disampaikan bakal calon ketua umum DPP Partai Golkar, Priyo Budi Santoso saat memaparkan visi misinya dalam Diskusi Panel Nasional yang diselenggarakan Forum Komunikasi Ketua DPD Partai Golkar di Yogyakarta, Minggu (7/9/2014).

Sejumlah petinggi dan bakal calon ketum Golkar hadir di acara ini, seperti Agung Laksono, Airlangga Hartarto, MS Hidayat, Priyo Budi Santoso, Idrus Marham, Ade Komarudin, Mahyudin, Nurdin Halid, dan Theo L. Sambuaga.

"Kita harus berani bertindak dan bekerja  Kita harus membuka lebar-lebar pintu partai bagi para generasi pembaharu-pembaharu muda di luar jalur 'ABG' (ABRI/TNI, Birokrasi dan civil society yang terhimpun di Golkar)," kata Priyo.

Generasi yang dimaksud Priyo adalah generasi yang lahir dari gemblengan organisasi-organisasi kepemudaan, BEM, LSM, aktivis pers, profesional muda, pimpinan gerakan buruh, tokoh-tokoh pejuang desa, atau kelompok-kelompok aktivis yang kritis dan kreatif.

Strategi lompatan besar ini, menurut Priyo, adalah upaya untuk menghindari stigmatisasi Partai Golkar sebagai 'Partai Cap Orang Tua..  Penyebutan ini adalah sindiran yang teropinikan sebagai kumpulan para orang tua atau pensiunan yang mengalami proses penuaan.

Partai Golkar, lanjutnya, harus memperhatikan 14 juta 'generasi twitter, facebook, dan path' yang menjadi pemilih baru di 2019.

"Pola pikir mereka tentu akan jauh berbeda dengan generasi-generasi pemilih sebelumnya. Ini harus dibaca oleh Partai Golkar," kata Priyo

Jika terpilih menjadi ketua umum Partai Golkar, Priyo mengatakan akan menggunakan seluruh kemampuan untuk menggerakkan  seluruh elemen dan mesin partai  untuk kebesaran Golkar.

"Dalam usia saya yang menginjak 48 tahun, adalah puncak-puncaknya usia dan semangat untuk bekerja hebat mengkonsolidasi semua lini partai. Saya punya energi untuk datang ke seluruh jenjang mesin partai di propinsi,  kabupaten dan kota se-tanah air," ungkap dia.

Priyo juga meminta Partai Golkar belajar dari pengalaman di pemilu-pemilu sebelumnya. Ini agar Golkar tidak kembali menjadi 'partai yang tidak beruntung' dalam pemilu presiden.

"Kita sering menang dalam pemilu legislatif, tetapi selalu tidak beruntung dalam pilpres,"  kata Priyo.

Di masa mendatang, kata Priyo, Partai Golkar akan berhadapan dengan kekuatan figur. Padahal, berdasar pengalaman, Partai Golkar memiliki kehebatan dalam membangun mesin politik, tapi keteteran dalam membangun kekuatan figur yang potensial dan layak jual. Kondisi ini yang membuat Partai Golkar belum berhasil merebut kembali tampuk kepemimpinan nasional.

Priyo mengingatkan Pilpres dan Pileg secara serentak di 2019 akan membawa perubahan politik. Model ini, kata Wakil Ketua DPR ini,  memberikan peluang yang sangat kuat akan tergerusnya kekuatan institusional partai ke arah kekuatan personal.

Sementara balon ketum Golkar lainnya, Agung Laksono mengajak kader untuk bersama mendorong kepentingan nasional. "Tidak semata-mata kepentingan partai," kata Agung, dihadapan peserta diskusi panel.

Agung menilai, suara golkar setiap tahunnya mengalami kemerosotan. Oleh kerena itu, lanjut Agung, partai harus bekerja keras memperkuat secara kelembagaan.

Selain itu, tutur Agung, sudah saatnya Golkar mempercepat regenerasi. Pasalanya, hal tersebut merupakan kebutuhan yang mendesak agar partai berlambang beringin tersebut kembali berjaya. Golkar memiliki tujuan menjadi partai modern. Namun, kata Agung, meskipun menjadi partai modern harus berbasis kerakyatan.

Editor: Surya