Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Wah, Guru di Jerman Tak Berminat Jadi Kepala Sekolah
Oleh : Redaksi
Sabtu | 06-09-2014 | 11:29 WIB
CHE_Nachhaltigkeitstage_bild.jpeg.jpg Honda-Batam
Foto ilustrasi.

BATAMTODAY.COM - BEDA Indonesia beda pula di Jerman. Jika jabatan kepala sekolah masih diminati karena konon banyak "keuntungan" yang didapat, tidak demikian dengan di Jerman.

Banyak sekolah di Jerman menghadapi masalah pelik. Kalau seorang kepala sekolah pensiun, hampir tidak ada guru yang berminat mengisi jabatan itu.

Jabatan kepala sekolah sekarang tidak menarik lagi. Padahal dulu, jabatan ini dianggap sebagai jabatan terhormat dan prestisius.

"30 sampai 40 tahun lalu, orang antre untuk menjadi kepala sekolah. Sekarang, kita sudah gembira kalau ada satu orang yang mau melamar," kata Michael Gomolzig, seorang kepala sekolah di negara bagian Baden Württemberg.

Alasannya, tugas kepala sekolah sekarang makin kompleks. Dan citra jabatan itu juga sudah tidak sebaik dulu, tutur Gomolzig.

"Dulu, adalah sebuah prestasi kalau bisa menjadi kepala sekolah. Itu jabatan terhormat. Sekarang, orang hanya mengalami stres", ujar Gomolzig.

Serikat Guru Jerman, GEW, sekarang mengangkat tema ini sebagai isu penting. Terutama di kawasan terpencil, makin sulit mencari guru yang mau menjadi kepala sekolah.

"Kadang-kadang hanya ada satu calon yang melamar. Jadi kalau orang itu prestasinya tidak bagus, terpaksa harus diambil juga," kata Ilka Hoffman dari GEW. "Di banyak tempat, jabatan itu sering tidak terisi untuk waktu lama".

Kementerian Pendidikan di beberapa negara bagian juga menyadari perkembangan itu. Tapi ini masalah yang cukup rumit, karena setiap negara bagian punya kewenangan sendiri dalam mengurus bidang pendidikan.

Di negara bagian Baden Württemberg misalnya, pos kepala sekolah menuntut kriteria tinggi yang sulit dipenuhi. Jadi banyak pos kepala sekolah yang masih kosong.

Michael Gomolzig menerangkan, pekerjaan sebagai kepala sekolah menuntut seseorang bermental baja. Sebab kepala sekolah sering menjadi sasaran kritik dari berbagai pihak, dari kalangan pengajar, dari murid-murid dan dari orang tua.

Seorang kepala sekolah harus mampu bersikap terbuka dan mendengar keluhan semua pihak, lalu punya kemampuan manajemen, harus bisa mengajar, dan mengenal perkembangan sekolah dan bidang pendidikan.

"Banyak sekali tuntutannya," kata Gomolzig. Jadi banyak guru yang tidak mau jadi kepala sekolah, sekalipun mendapat bayaran lebih besar.

Ilka Hoffman dari Serikat Guru, GEW, menambahkan, tuntutan masyarakat terhadap seorang kepala sekolah juga sekarang makin besar. Ia diharapkan bisa memahami situasi sosial masyarakat, menyediakan sarana dan dukungan terhadap anak cacat, dan membimbing murid yang punya masalah sosial di keluarganya.

"Padahal, mereka tidak dibebaskan dari kewajiban mengajar dan masih harus mengurus berbagai masalah tata usaha," kata Hoffmann.

Jadi harus ada dukungan politik yang lebih besar untuk kepala sekolah, bukan hanya bayaran yang lebih besar, tandasnya. (*)

Sumber: Deusstche Welle