Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Picu Timbulnya The Saccharine Disease

Wooww..Gula Ternyata Lebih Bahaya Dari Kokain
Oleh : sumantri
Rabu | 08-06-2011 | 08:31 WIB
Gula_Net.jpeg Honda-Batam

Gula, Menurut Thomas L. Cleave dapat mengakibatkan The Saccharine Disease (Foto Ist)

Batam, batamtoday - Informasi mengenai Bahaya gula pertama diteliti oleh mendiang ilmuwan medis, Thomas L. Cleave, Dokter ahli bedah di RS St Mary's Hospital, London, Britania Raya (Inggris) yang memaparkan hasil risetnya mengenai bahaya mengkonsumsi gula pasir (dan terigu). Peneliti medis asal Inggris ini menemukan bahwa mengkonsumsi gula pasir (dan terigu) dalam bentuk makanan olahan, dapat memicu 'The Saccharine Disease', yaitu suatu penyakit yang timbul akibat banyak mengkonsumsi gula pasir, sehingga cenderung 'addicted' / kecanduan, antara lain Gangguan usus (Diverticulitis), Kanker usus besar, Gangguan pembuluh balik tungkai dan wasir dan tak pernah kenyang.

"Bagian dari budaya mengkonsumsi gula pasir dan semua jenis makanan karbohidrat yang diolah oleh pabrik (Refined diet), termasuk gula pasir dan terigu, juga menjadi 'momok' menakutkan untuk manusia modern di era digital ini," demikian papar mendiang Thomas L. Cleave, seperti dilansir batamtoday, dari Jurnal Society for Neuroscience, yang diterbitkan pada sebuah studi di Perancis, pada 2007 silam.

Bahkan lebih mengagetkan lagi, bahwa sebagian besar scientis (Ilmuan) yang tergabung dalam European Scientis Associations (ESA) mengklaim bahwa gula bahkan tidak lebih baik dari kokain. Hasil studi ESA menunjukkan suatu eksperimen, saat tikus disodori pilihan antara air gula dan kokain, 94% lebih memilih air gula. Hal ini menguatkan bahwa sebenarnya gula memang lebih menarik hati dibanding kokain.

"Para peneliti menyimpulkan bahwa pada kebanyakan mamalia, termasuk tikus dan manusia, reseptor manis yang ada tidak terbiasa dengan kadar manis tingkat tinggi, sehingga stimulasi manis berlebih bisa menyebabkan munculnya kecanduan," ungkap Thomas, dalam Jurnal tersebut.

Sejatinya, para pakar kesehatan rata-rata setuju dengan fakta bahwa, makanan karbohidrat yang diolah sudah kehilangan sebagian besar serat (Fiber),selain kehilangan pula vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Salah satunya adalah terigu dibuat dari bahan alam (Gandum),sama seperti beras,akibat terlalu di paksakan,kulit ari bahan jelai yang kaya akan vitamin & mineral tersebut (millfeeds) jadi terbuang dan dijadikan makanan ternak. Yang sama dengan kulit ari pada padi dan bekatul.

semakin putIh beras dan terigu maka semakin miskin gizinya. Lama setelah itu muncul temuan, bahwa budaya makan karbohidrat olahan yang ikut menyokong bermunculannya penyakit degeneratif. Dan itu sejalan dengan konsumsi gula pasir dunia yang meningkat puluhan kali lipat. Penyakit akibat kekurangan asupan fiber meningkat. Demikian pula penyakit kantung empedu, penyakit usus, selain penyakit pembuluh darah dan jantung.

Selanjutnya, rilis dari kalbe.co.id yang diterima oleh batamtoday, Rabu, 06 Juni 2011 menyatakan, konsumsi kekurangan serat berkaitan juga dengan penyakit akibat lemak darah yang tinggi,dan hipertensi. Di samping itu dalam proses pembuatan terigu,selain chromium hilang,mineral cadmium yang tidak menyehatkan meningkat.

Akibat konsumsi gula pasir berlebihan,kelebihan kalori meningkat cholesterol tubuh juga. Cholesterol yang meningkat membentuk penyakit arteri (atherosclerosis). Menu berterigu dan bergula juga tidak memberi rasa penuh dan rasa kenyang diperut karena kurang berampas,sehingga orang cenderung mengkonsumsi makanan lebih banyak dari kebutuhan.Dari sini juga muasal kenapa menu BARATISASI (roti putih,pastries,permen,minuman ringan) cenderung bikin tubuh jadi kelebihan berat badan.