Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Putra Kijang Ini Nyatakan Siap Maju Jadi Calon Bupati Bintan di Pilkada 2015
Oleh : Harjo
Sabtu | 16-08-2014 | 14:23 WIB
20140809_145153.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Muhamad Sayuti. (Foto: Harjo/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Tanjunguban - Kabupaten Bintan dinilai mengalami kemunduran. Padahal, Bintan memiliki sumber daya alam dan potensi luar biasa yang bisa dikembangkan. Karena itu, putra-putri Bintan yang berada di luar daerah diharapkan bisa kembali ke daerahnya agar Bintan lebih maju dan berkembang.

"Saya lahir dan dibesarkan di Bintan, termasuk kedua orang tua hingga saat ini masih ada di Bintan. Melihat Bintan yang semakin terpuruk, saya merasa prihatin. Untuk mengembangkan Bintan memang dibutuhkan putra-putra Bintan sendiri sehingga bisa total bisa mengabdikan diri untuk kemajuan Bintan," kata Muhamad Sayuti, putra kelahiran Kijang, Bintan Timur, 45 tahun silam, kepada BATAMTODAY.COM di Tanjunguban, Sabtu (16/8/2014).

Sayuti mengaku saat ini tidak bermukim di Bintan karena sesuai dengan keahlian yang dimilikinya tidak mungkin berada di Bintan, dan dia pun saat ini memilih menjalankan profesinya sebagai pengusaha dan advokat di Kota Batam.

Berangkat dari rasa kepedulian dan menginginkan Bintan bisa lebih maju serta bisa bersaing dengan daerah lainnya, dia menyampaikan kesiapannya untuk menjadi salah satu calon bupati Bintan dan siap untuk bertarung di pemilu kepada daerah (pilkada) pada 2015 mendatang.

"Sejumlah tokoh masyarakat dan tokoh agama di Bintan sudah menyampaikan agar saya kembali ke Bintan dan mengabdi di tanah kelahiran. Makanya secara pribadi saya siap untuk maju dalam pilkada Bintan 2015. Tinggal menunggu, apakah nanti melalui jalur independen atau jalur partai politik. Yang jelas peluang itu masih ada," katanya.

Sayuti yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan hukum ini, menilai, permasalahan yang perlu dilakukan perbaikan di Bintan adalah masalah pendidikan dan infrastruktur. Kedua bidang ini masih jauh tertinggal dengan daerah lainnya.

Masalah pendidikan, walaupun populasi penduduk meningkat tajam, tetapi belum banyak perguruan tinggi di daerah ini, sehingga untuk menempuh pendidikan pun putra-putri Bintan harus pergi ke luar daerah.

"Di Bintan baru ada satu perguruan tinggi di Bintan yaitu di Kijang, Bintan Timur. Itu pun di bidang pariwisata. Lantas bagaimana dengan di daerah lain baik Bintan tengah atau Bintan Utara? Pada hakikatnya pendidikan di segala bidang adalah cerminan untuk kemajuan sebuah daerah. Inilah yang salah satu kebijakan yang belum dilakukan oleh pemerintah daerah sehingga hingga saat ini SDM di Bintan masih tertinggal jauh dari daerah lain," katanya.

Sementara, infrastruktur di Bintan dinilai terkesan asal berjalan dan tidak disesuaikan dengan kebutuhan dan lebih membuat nyaman bagi kalangan muda. Bisa dibayangkan, katanya, di Bintan justru angka kriminalitas semakin tinggi.

Bahkan, sejumlah kasus asusila yang terjadi di Bintan justru sebagian korbannya merupakan anak di bawah umur, yang jumlah kasusnya lebih banyak dari kasus kecelakaan lalu lintas.

"Bisa dibayangkan kalau petugas kebersihan setiap pagi di mana bangunan infrastuktur yang dibanggakan seperti di taman kota, justru menemukan bertebarannya bekas botol dan kaleng minuman keras serta alat kontrasepsi. Ironisnya, tempat tersebut tempat berkumpulnya para muda-mudi di Bintan. Hal tersebut terjadi karena pembangunan iunfrasturktur yang setengah jadi, tanpa di lengkapi fasiltas seperti penerangan dan lainnya," ujar dia.

Tidak hanya itu, kata putra dari Muhamad Tamrin pensiunan Kepala SMPN I Bintan Timur ini, yang lebih menyedihkan adalah keberadaan PNS di Bintan justru lebih dari 70 persen berdomisili di Kota Tanjungpinang.

"Sudah belasan tahun Bintan berdiri sendiri secara otonom, tetapi sampai saat ini selain pegawai,  perkantoran sebagian masih ada di Tanjungpinang. Secara otomatis dari segi perputaran uang APBD jelas bukan di Bintan dan dihabiskan oleh para pejabatnya di tempat lain. Inilah sebuah kebijakan dan hanya sekedar janji disampaikan oleh para pejabat. Sebaliknya masyarakat sudah terlalu lama terbuai dan dininabobokan," urainya.

Maka tambahnya, apa bila masyarakat  Bintan menginginkan adanya kemajuan, masyarakat harus berpikir dan bisa memilih serta memilih calon pemimpinnya. Jangan sampai hanya termakan janji saat para calon melakukan kampanye di tengah masyarakat.

"Apa yang saya sampaikan baru sebagian kecil dampak kebijakan-kebijakan yang keliru dari para pejabat di Bintan. Sehingga masyarakat yang terus jadi korban. Kalau masyarakat menginginkan perubahan yang lebih baik, pilkada menjadi sebuah seleksi sehingga masyarakat harus cermat dan teliti serta tidak hanya sekadar mendengarkan janji, apalagi dengan adanya uang pelicin untuk kebutuhan sesaat," paparnya. (*)

Editor: Roelan