Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Diplomat 'Pemburu' WNI Bermasalah Ini Pindah Tugas ke Pakistan
Oleh : Redaksi
Selasa | 12-08-2014 | 07:57 WIB
faiez maulana.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Faiez Maulana, diplomat muda Indonesia.

BATAMTODAY.COM - Beberapa waktu lalu, Batam pernah 'diguncang' dengan berita penembakan WNI yang terjadi di Malaysia. Tak tanggung-tanggung, dalam waktu dua tahun, di 2012 dan 2013, kasus penembakan itu terjadi berturut-turut dan menewaskan anak bangsa yang mengais rezeki di Negeri Jiran itu.

Semua sibuk dan mata Indonesia tertuju ke peristiwa itu. Salah satu pihak yang paling sibuk adalah Kementerian Luar Negeri RI. Instansi itu kemudian mengutus sejumlah diplomat untuk menelusuri asal usul WNI yang ditembak di Negeri Jiran. 

Mulai dari menelisik kronologi kejadian, mencari keluarga korban penembakan hingga memulangkan jasad korban ke Indonesia. Adalah Faiez Maulana, diplomat muda berusia 32 tahun itu, salah satu sosok yang 'super sibuk' mengurusi kasus tersebut.

"Kalau ingat peristiwa itu, saya sangat berterimakasih dengan BATAMTODAY.COM. Karena banyak pasokan informasi yang memudahkan kami untuk menemukan keluarga korban hingga pemulangan jenazahnya ke Indonesia," kata pria lulusan Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh tersebut di Kantor Redaksi BATAMTODAY.COM.

Faiez yang hampir empat tahun bertugas di Direktorat Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri ini mengaku banyak sekali mendapatkan pengalaman.

Menurutnya, menjadi diplomat bukan hanya duduk berdebat di belakang meja dengan mengenakan jas, namun juga melakukan 'blusukan' ke berbagai daerah di penjuru Nusantara dan dunia untuk menyelesaikan persoalan WNI.

"Jadi jangan dikira kalau tugas negara, kami ini pelesiran. Tidak itu. Bahkan kami juga harus bertaruh nyawa, terutama jika memasuki negara yang sedang mengalami konflik bersenjata," kata dia.

Dia mencontohkan, saat 2013 lalu, bersama rombongan dari direktorat di bawah pimpinan Tatang Budhie Utama Razak itu, pernah menembus daerah konflik di Suriah, demi untuk menyelamatkan WNI di sana.

Kalau di Indonesia, lanjutnya, timnya harus bisa menemukan keluarga ataupun ahli waris WNI yang mendapat kemalangan di luar negeri.

"Kebanyakan keluarga para TKI yang bermasalah ataupun mendapat kemalangan di luar negeri. Kami harus menemukan alamat ahli waris atau keluarganya, walau itu berada di ujung negeri," ujarnya.

Pengalaman berkesan lainnya, kata Faiez, adalah saat dia bertugas di Jeddah, Saudi Arabia pada April 2011. Saat itu, bersama dengan tim, dia ditugaskan untuk memulangkan ribuan WNI overstay ke Indonesia.

Total WNI overstay yang harus dipulangkan tak sedikit. Ada 3.459 orang dan semuanya harus dipulangkan. Pemulangan menggunakan KM Labobar milik Pelni dan menempuh perjalanan laut selama 13 hari dari Jeddah menuju Tanjung Priok, Jakarta.

"Kami saat itu dikawal aparat TNI/Polri, karena situasi laut di kawasan Teluk sedang memanas akibat ancaman pembajak dari Somalia di Teluk Aden, Yaman," kata dia mengenang.

Semua perangkat harus dipersiapkan sebelum perjalanan dilakukan. Mulai dari logistik hingga pengamanan, semuanya ditanggung oleh negara.

"Bahkan, dalam perjalanan saat itu ada WNI yang melahirkan di atas kapal," ujarnya.

"Memang melelahkan, 13 hari di atas kapal. Tapi tak apa, itu tugas dari negara yang harus dijalankan. Ya, sambil bernostalgia bagaimana para pendahulu kita menempuh perjalananan laut untuk naik haji," tambahnya sambil tersenyum.

Pengalaman menarik lain, yakni peristiwa kerusuhan WNI di Jeddah pada 2013 lalu, tepatnya di bulan Juni. Dia menceritakan saat itu Kantor Konsulat Jenderal RI bahkan dibakar massa yang antre mengurus Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) untuk mendapatkan amnesti atau pemutihan. Surat itu dibutuhkan untuk membuat paspor atau izin tinggal.

"Saat itu kami harus menyelesaikan dokumen WNI yang jumlahnya ribuan itu hanya dalam hitungan tiga hingga empat hari. Padahal normalnya, dalam satu hari pelayanan hanya bisa menyelesaikan maksimal 100 dokumen lantaran keterbatasan jumlah SDM yang melayani maupun alat," kata dia.

Semua itu, menurut Faiez, menjadi pengalaman yang sangat berharga dan menjadi bekal baginya saat bertugas di tempat yang baru mulai 29 Agustus 2014 nanti di Kedutaan Besar Republik Indonesia, yang berkedudukan di Islamabad, Pakistan.

Di negara itu, Faiez akan bertugas selama 3 tahun di bawah kepemimpinan Duta Besar Burhan Muhammad.

"Tiga tahun menjadi waktu yang cukup lama, namun juga bisa menjadi waktu yang singkat. Tapi bagaimanapun itu, saya harus tetap siap ditugaskan negara kemanapun," ujarnya mantap.

Editor: Dodo