Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Polusi Akibat Produksi Daging Sapi
Oleh : Redaksi
Kamis | 24-07-2014 | 13:52 WIB
ternak_sapi.jpg Honda-Batam
(Foto: Deutsche Welle).

BATAMTODAY.COM - Daging sapi adalah protein yang paling mahal, jika diukur dari kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan dengan memberi makan dan mengembangbiakkan ternak. Demikian hasil sebuah studi.

Produksi daging sapi perlu areal tanah 28 kali lebih luas daripada yang rata-rata diperlukan untuk memproduksi susu, telur, daging ayam atau babi. Demikian hasil penelitian yang diterbitkan dalam majalah Proceedings of the National Academy of Sciences.

Pengembangbiakkan sapi juga perlu air 11 kali lebih banyak daripada untuk penghasilan protein lain. Demikian dinyatakan para peneliti di Bard College di New York, Yale University di Connecticut dan Weizmann Institute of Science di Rehovot, Israel.

Ilmuwan juga mengungkap bahwa daging sapi menyebabkan lebih banyak polusi, menghasilkan lima kali lebih banyak emisi gas rumah kaca, dan pupuk yang bahan asalnya dari kotoran sapi mengandung enam kali lebih banyak nitrogen daripada dari hewan lainnya. "Konsekuensinya, produksi daging sapi tidak menggunakan sumber daya seefisien hewan lainnya."

Studi juga menyebutkan bahwa daging sapi rata-rata berharga 10 kali lipat sumber protein lainnya. 7 persen sumber kalori dalam makanan yang biasanya dimakan di AS berasal dari daging sapi, demikian hasil studi.

Rekomendasi kurangi konsumsi daging sapi
Untuk mengurangi sebaik mungkin beban bagi lingkungan hidup, para ilmuwan merekomendasikan untuk mengurangi konsumsi daging sapi. Menambah jumlah ternak untuk dimakan adalah praktek yang meningkatkan seperlima emisi gas rumah kaca, juga mencemari air dan mengurangi keanekaragaman hayati. Demikian dinyatakan para ilmuwan.
 
Studi didasari data yang dikumpulkan selama satu dekade tentang tanah, air untuk irigasi dan pupuk. Pengumpulan data dilakukan Departemen Pertanian, Departemen Dalam Negeri dan Departemen Energi AS. Peneliti menggunakan data dari tahun 200-2010 itu untuk menghitung jumlah sumber daya yang diperlukan untuk memproduksi makanan hewan bagi setiap ternak yang bisa dimakan.

Menurut penelitian, setiap 10 kalori yang diberikan untuk ayam dan babi sama dengan satu kalori yang dikonsumsi manusia. Sedangkan untuk sapi jumlahnya hampir empat kali lebih tinggi. Ayam, babi, telur dan produk susu rata-rata biayanya sama, sementara daging sapi selalu lebih tinggi. Ilmuwan tidak mengikutsertakan ikan dalam penelitian, karena kurangnya data tentang jumlah makanan ikan dan jumlah kalorinya yang kecil dalam menu yang biasa dimakan di AS.

Produsen daging protes
Wakil industri daging sapi mempertanyakan metode yang digunakan peneliti, dan mengatakan dalam beberapa tahun terakhir perbaikan sudah dilakukan dalam hal lingkungan. Mereka juga mengemukakan, bahwa industri daging sapi AS menghasilkan emisi gas rumah kaca lebih sedikit dibanding negara produsen lainnya.

Sedangkan menurut Amy Dickie, yang April 2014 memimpin studi tentang strategi pertanian untuk mengurangi pemanasan global, hasil penemuan itu sesuai dengan hasil penelitian terakhir, yang mengungkap bahwa emisi gas rumah kaca sangat tinggi dalam produksi daging sapi.

"Baik sekali bahwa para penulis juga mempertimbangkan air, nutrisi dan penggunaan tanah. Semuanya jadi sumber penting dan digunakan intensif bagi ternak sapi dan susu," kata Dickie, yang bekerja pada perusahaan konsultasi California Environmental Associates. "Informasi ini harus disampaikan ke masyarakat luas, sehingga orang mengerti konsekuensi pemilihan makanan," ditambahkan Dickie.

Sumber: Deutsche Welle