Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Waspada, Perubahan Iklim Bisa Picu Risiko Batu Ginjal
Oleh : Redaksi
Selasa | 15-07-2014 | 08:35 WIB

BATAMTODAY.COM - PERUBAHAN iklim dengan meningkatnya suhu bumi memberi dampak bagi manusia. Peneliti di Rumah Aakit Anak Philadelphia (CHOP) menganalisi 60.000 pasien dewasa dan anak yang menderita batu ginjal. Penelitian ini dipublikasikan pada Environmental Health Perspectives, journal dari National Institute of Environmental Health Sciences pada Kamis (10/7/2014).

"Kami menemukan bahwa saat suhu harian naik, risiko pasien penyakit batu ginjal dalam 20 hari ke depan juga meningkat," kata Gregory E Tasian, dokter yang memimpin tim penelitian.

Penelitian ini dilakukan selama 2005 hingga 2011 di Atlanta, Chicago, Dallas, Los Angeles dan Philadelphia yang memiliki kondisi cuaca yang berbeda-beda. Tasian dan tim peneliti menyajikan data risiko batu ginjal dalam berbagai kondisi suhu di setiap kota.

Tim peneliti menemukan, saat rata-rata suhu harian naik di atas 50 derajat F (10 derajat Celcius), risiko penyakit batu ginjal naik di semua kota, kecuali Los Angeles. Jarak waktu antara gejala penyakit ginjal dan kondisi panas ini cukup pendek, hingga 3 hari saat kondisi cuaca sangat panas.

"Temuan ini menunjukkan keterkaitan antara perubahan iklim dengan kesehatan masyarakat," ujar Tasian.
 
Pasien yang sudah memiliki riwayat batu ginjal sebelumnya berisiko lebih tinggi. Menurut Tasian, 11 persen populasi di AS menderita batu ginjal. Penyakit ini menyebabkan 500.000 pasien masuk ke ruang gawat darurat dalam setahun.

Cuaca panas menurut Tasian meningkatkan risiko dehidrasi yang memicu peningkatan konsentrasi kalsium dan mineral lain dalam ginjal. Kondisi inilah yang mendorong terbentuknya batu dalam ginjal.

Jumlah penderita penyakit ginjal terus meningkat dalam tiga dekade terakhir. Menurut tim peneliti, anak-anak yang menderita batu ginjal terus bertambah, mencapai angka tertinggi dalam 25 tahun terakhir.

Penyebabnya adalah kekurangan cairan, perubahan pola makan dan kebiasaan menghabiskan waktu di dalam ruangan. Cuaca panas akibat perubahan iklim menambah risiko penduduk menderita penyakit yang menyakitkan ini. (*)

Editor: Roelan