Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Deforestasi di Indonesia Tertinggi di Dunia, Inilah Tanggapan Greenpeace
Oleh : Redaksi
Jum'at | 04-07-2014 | 11:18 WIB

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Organisasi pecinta lingkungan, Greenpeace, tergerak untuk menyampaikan tanggapannya atas sebuah studi yang diterbitkan di dalam jurnal Nature Climate Change yang mengatakan bahwa laju deforestasi di Indonesia adalah yang tertinggi di dunia. Studi ini mengklaim Indonesia kehilangan 840.000 hektar hutan pada tahun 2012, di mana lebih besar dibandingkan dengan Brasil yang hanya 460.000 hektar.

"Temuan ini merupakan sebuah peringatan mendesak sifatnya. Penghancuran hutan yang meningkatkan emisi gas rumah kaca Indonesia, menyebabkan satwa seperti harimau sumatera ke ambang kepunahan, dan menciptakan kondisi kebakaran hutan dan bencana kabut asap yang dahsyat di Asia Tenggara," kata Yuyun Indradi, Jurukampanye Hutan Greenpeace di Asia Tenggara, dalam rilis resminya.

Sebagai langkah awal, ktanya, jelas bahwa moratorium hutan Indonesia yang dilakukan ternyata tidak berhasil. Penegakan hukum lemah, bahkan taman nasional juga dijarah. Namun sekarang adalah saatnya untuk bertindak.

"Presiden SBY memiliki kesempatan untuk memperkuat warisan hijaunya, apakah ia akan mengambil tindakan segera untuk memperkuat hukum yang melindungi semua hutan dan lahan gambut kaya karbon sebelum masa jabatannya habis, ataukah ia akan melihat kebijakannya tersebut hilang ditelan asap?" ujar Yuyun.

Calon presiden Indonesia, Joko Widodo dan Prabowo Subianto, akan membahas lingkungan pada acara debat di televisi minggu ini.

"Hasil studi ini merupakan panggilan mendesak. Siapapun yang mengambil tampuk kekuasaan sebagai Presiden Indonesia harus mengakui pembangunan yang tidak merusak hutan, namun menciptakan praktik-praktik penggunaan lahan yang bertanggung jawab. Ini berarti memperkuat moratorium hutan untuk melindungi seluruh hutan dan lahan gambut, dan menghormati hak-hak masyarakat lokal. Perusahaan di seluruh dunia seperti pulp dan kertas telah mengubah cara pembelian mereka, dan saatnya pemerintah menciptakan insentif bagi praktik-praktik ini," katanya.

Memang, beberapa perusahaan telah mengambil tindakan untuk menghentikan deforestasi dalam operasi mereka. Namun, menurut Yuyun, perusahaan perkebunan industri yang merusak hutan Indonesia untuk menghasilkan komoditas seperti kelapa sawit dan bubur kertas, masuk ke produk di supermarket di seluruh dunia. Besarnya masalah ini menuntut tindakan dari pemerintah dan perusahaan.

Dia menambahkan, Greenpeace telah berhasil mendorong perusahaan-perusahaan besar seperti Procter & Gamble, Nestle dan Unilever untuk membersihkan rantai pasokan mereka, sementara di tingkat produsen dan pedagang seperti Wilmar Internasional, Golden Agri Resources dan Asia Pulp & Paper mulai menunjukkan bagaimana kebijakan Nol Deforestasi dapat dipraktikkan.

"Hal ini sekarang jauh lebih lagi dimana semakin banyak merek rumah tangga dan perusahaan perkebunan lainnya yang bergabung momentum ini untuk perubahan," katanya.

"Greenpeace mendesak perusahaan seperti IOI, KLK, Musim Mas, Sime Darby dan APRIL/RGE Group untuk menerapkan kebijakan Nol Deforestasi dan segera menghentikan semua penebangan hutan dan lahan gambut," desak Yuyun. (*)

Editor: Roelan