Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Gawat, Sampah Plastik di Lautan Terserap ke Rantai Makanan
Oleh : Redaksi
Rabu | 02-07-2014 | 10:20 WIB
sampah-plastik.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM - Jumlah plastik yang terapung di permukaan laut berkurang dari yang diperkirakan, kemungkinan karena karena rantai makanan menyerap partikel plastik, yang dikenal sebagai mikroplastik.

"Berdasarkan tren polusi plastik, kami mengharapkan akan menemukan sekitar 100 kali lebih banyak plastik daripada yang benar-benar kami temukan," kata salah seorang peneliti studi tersebut, Profesor Carlos Duarte dari University of Western Australia.

"Tapi alasannya mungkin karena dipindahkan oleh ikan dan masuk ke jaring makanan laut."

Sejak diperkenalkan bahan plastik di tahun 1950-an, poduksi global plastik telah meningkat pesat. Namun, meski tumbuh kesadaran tentang adanya akumulasi sampah plastik di lautan kita, sangat sedikit yang diketahui tentang berapa banyak plastik yang ada disana - atau di mana terpusatnya - di laut lepas tersebut.

Untuk memetakan tingkat dan distribusi plastik di lautan di dunia, Prof Duarte dan rekan-rekannya menganalisis tingkat sampah plastik di lebih dari 3.000 sampel air permukaan laut yang dikumpulkan dari seluruh dunia sebagai bagian dari "Ekspedisi Keliling Dunia Malaspina Spanyol".

Polusi plastik di samudera lepas, lebih luas dari yang diperkirakan, kurang mikroplastik yang diharapkan, demikian para saintis tersebut melaporkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences .

Tingkat terbesar sampah plastik terjadi pada masing-masing lima putaran arus balik bawah laut, yang telah mem-verifikasi penelitian sebelumnya, bahwa sirkulasi permukaan laut memainkan peran utama dalam mendistribusikan plastik di lautan.

Tetapi sampah plastik juga ditemukan di lokasi-lokasi yang cukup jauh dari putaran arus terebut, dengan lebih dari 80 persen sampel yang mengandung beberapa bentuk kontaminasi plastik.

Temuan yang paling mengejutkan adalah ketika para saintis memperkirakan beban yang sebenarnya dari sampah plastik di laut lepas. Mereka memperkirakan di suatu tempat hanya ada antara 10 - 40 ribu ton sampah plastik terapung di permukaan laut lepas.

Prof Duarte mengatakan, didasarkan pada tingkat produksi plastik dan pembuangan saat ini, mereka mengharapkan akan  menemukan tingkat polusi sekitar satu juta ton.

Untuk memahami mengapa ada semacam perbedaan besar, para ilmuwan melihat pada ukuran distribusi partikel plastik dalam sampel-sampel permukaan air.

Anehnya, sementara sebagian besar ukuran partikel berada pada tingkat yang diperkirakan, mereka itu antara beberapa mikron dan beberapa milimeter ada pada konsentrasi sangat rendah dari yang diharapkan.

Prof Duarte mengatakan, hasil itu menunjukkan bahwa beberapa proses telah menghilangkan fragmen plastik kecil dari permukaan laut.

Ada sejumlah proses yang bisa bertanggung jawab untuk ini, seperti degradasi cepat oleh bakteri, tenggelamnya plastik ke dasar laut, atau pengendapan pecahan-pecahan kecil plastik ke pantai.

Tetapi Prof Duarte berkeyakinan penjelasan yang paling masuk akal adalah ditelannya partikel-partikekl kecil oleh ikan mesopelagic. Ikan-ikan ini hidup di kedalaman antara 200 sampai 100 meter dan bermigrasi ke permukaan air setiap malam untuk makan.

"Mereka memangsa zooplankton kecil dalam berbagai ukuran milimeter, persis berbagai ukuran yang sama dengan plastik yang hilang," kata Duarte.

"Mereka juga telah ditemukan memiliki partikel plastik ukuran ini dalam ususnya."

Begitu plastik tercerna, maka hal itu berpotensi memiliki dampak buruk pada ikan. Plastik juga dapat ditransfer melalui rantai makanan, kalau ikan tersebut dimakan oleh predator.

Prof Duarte mengatakan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi kecurigaannya dan untuk menentukan peran apa proses lainnya yang mungkin berperan memindahkan fragmen kecil plastik dari permukaan laut.

Dikatakannya, penelitian merupakan hal yang mendesak, mengingat masukan plastik ke laut akan terus berlanjut, jika tidak meningkat. (*)

Sumber: ABC