Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Gubernur Oke, Presiden Pikir Dulu!
Oleh : Opini
Senin | 23-06-2014 | 12:39 WIB

Oleh Aripianto

ATMOSFER POLITIK mulai terasa saat ini, suansana ini terasa menjalar di setiap alur nadi masyarakat Indonesia. Harapan-harapan untuk menuju perubahaan yang lebih baik menunjukkan akan kecintaan terhadap tanah air. Dalam dentuman waktu yang berjalan menghampiri tanggal 9 Juli 2014, mengharuskan kita sebagai warganegara yang baik untuk menentukan sikap politik memilih secara cerdas memimpin Indonesia 5 tahun ke depan.

Promblematika bangsa ini yang begitu rumit, tentunya memerlukan pemimpin yang mampu mengayomi dan melayani masyarakat secara universal dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa membedakan status sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan.

Dalam kelaziman kepemimpinan Indonesia, pemimpin dari kalangan militer masih diperlukan masyarakat Indonesia. Ini dikarenakan mampu memperkuat persatuan dan kesatuan. Militer saat ini tetap bisa diandalkan dalam pemerintahan. Hal ini merujuk semangat nasionalisme dalam menjaga keutuhan NKRI dan kepemimpinan militer yang sangat menjunjung kedisiplinan.

Saat ini, dalam era perkembangan sosio-ekonomi yang multidimensional dan tidak dapat diramalkan, seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan. Pemimpin sangat penting dalam menentukan arah dan tujuan bangsa dan negara kita ke arah pencapaian tujuan perjuangan yang dicita-citakan the foundhing father.

Tentu, seorang kepala negara akan selalu berjuang bagaimana tujuan itu dapat dicapai. Saat ini diharapkan seorang kepala negara berkualitas kepemimpinan nasional yang berkarakter dan bermutu dengan etos kepemimpinan yang tangguh, tidak hanya dari aspek intelektual melainkan juga aspek moralitas.

Indonesia Bangkit
Sebagai suatu negara yang terkenal dengan kekayaan alamnya dan semboyan penduduknya yang gemah ripah loh jinawi, nampaknya kebangkitan ini memiliki masa pasang surut. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, potensi Indonesia tidak kalah, baik dalam hal kuantitas SDM, faktor geografis, geologis, dan lainnya.

Berkaca pada potret sebuah bangsa seperti Jepang, tentu banyak hal yang bisa kita pelajari, semangat dan etos kerja mereka sungguh luar biasa. Kita adalah bangsa yang besar. Ketika sejenak kita pikirkan bangkit itu memang susah, tapi akan lebih susah lagi jika generasi dimasa yang akan datang hanya bisa mendengarkan sejarah kejayaan bangsa Indonesia tanpa bisa merasakan dan ikut berkecimpung di dalamnya.

Negara Indonesia dibangun dengan asas kekeluargaan dan tidak semata-mata hanya untuk sekelompok orang. Negara Indonesia dibangun dengan dasar garis tengah. Namun dalam perjalanannya, sering terombang-ambing dan tidak konsisten. Terutama dalam era reformasi saat ini, Indonesia seperti semakin kehilangan jati diri. Tidak heran jika era reformasi kita rasakan sebagai era kebablasan.

Dan harus diwaspadai, karena jika tidak dikelola dengan baik, maka akan dapat membawa negeri ini pada ancaman perpecahaan. Maka dari itu, kata 'Indonesia Bangkit' menjadi magnet bagi bangsa Indonesia untuk kembali pada satu kesatuan yang utuh. Tentunya dalam rangka membangun Indonesia yang lebih baik maka masyarakat Indonesia dituntut cerdas menentukan pilihan politiknya untuk menentukan siapa yang pantas mengnakodai kapal besar ini.

Saat ini di perlu sekali untuk mengenang kembali jasa dan peran Bung Karno dalam membangkitkan bangsa. Jiwa besar Bung Karno dengan terus-menerus membangkitkan bangsa dapat dijadikan sumber inspirasi bagi perjuangan berbagai golongan dewasa ini untuk meneruskan reformasi. Makin terasa saat ini, bahwa suara Bung Karno perlu didengar lagi oleh sebanyak mungkin orang agar suara kebangkitan itu mengema ke seluruh pelosok negeri.

Militer dalam Kepemimpinan
Sepanjang era pasca kemerdekaan hingga kini, kita telah mencatat beberapa segi yang baik ditinggalkan para negarawan kita, bahwa seorang pemimpin politik yang negarawan, memiliki karakter kepemimpinan yang kuat serta komitmen kebangsaan yang tegas, sederhana dan senantiasa berupaya menjadi teladan yang baik bagi yang dipimpin, memberikan motivasi pada rakyat untuk senantiasa optimis dan mampu memecahkan masalah, mampu mengayomi rakyat secara adil dan tidak sewenang-wenang dan mampu mengembangkan kerjasama secara sinergis antar elemen politik yang ada di dalam masyarakat yang majemuk.

Tentunya, sosok ini dimiliki oleh salah satu calon kandidat Presiden kita Bapak Prabowo Subianto. Beliau memiliki karakter yang kuat sebagai seorang pemimpin, memiliki integritas pribadi kuat serta konsisten pada jati dirinya. Bapak Prabowo yang memiliki latar belakang militer tentunya sudah teruji memiliki integritas diri yaitu satunya kata dan perbuatan serta memiliki karakter.

Dengan demikian, kepemimpinan nasional bersifat demokratis dengan mengutamakan kepentingan umum dan mendorong kepedulian dan partisipasi masyarakat terhadap permasalahan yang dihadapi bangsa. Konsekuensi logisnya adalah lahirnya keputusan-keputusan pemerintah yang sesuai dengan aspirasi masyarakat luas dan meningkatnya kontrol masyarakat dalam pelaksanaannya.

Upaya pemulihan ekonomi dan pembangunan nasional melalui implementasi kepemimpinan partisipatif akan mendapat dukungan penuh masyarakat, tertampungnya aspirasi seluruh komponen masyarakat, munculnya tanggung jawab akan keberhasilan pembangunan, sehingga mampu menciptakan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat serta mempercepat pemulihan ekonomi, sehingga cita-cita dan tujuan nasional tercapai.

Semoga rakyat memberikan mandat kepada Bapak Prabowo Subianto untuk wujudkan pemberdayaan masyarakat dan good governance yang dapat mendukung proses pencapaian tujuan nasional. Dan Tepatlah kiranya jika presiden pertama republik ini, Soekarno, pernah berkata, "Beri aku 10 pemuda, maka akan aku guncang dunia."

Perkataan tersebut ternyata bukan sekadar seloroh belaka, karena pemuda memiliki semangat dan idealisme perubahan. Sejarah telah membuktikan, kemerdekaan Indonesia tidak serta-merta terwujud dari semangat perjuangan karena ditekan atau dijajah, melainkan juga karena semangat perubahan untuk Indonesia Bangkit.
 
Penulis adalah mantan Wakabid Litbang dan Infokom DPC GMNI Pekanbaru/Mahasiswa PKn/FKIP/Universitas Riau.