Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pelajar SD Melawan Bully di Sekolah Lewat Seni
Oleh : Redaksi
Sabtu | 21-06-2014 | 16:44 WIB
lukisan_anak_bullying.jpg Honda-Batam
Salah satu lukisan kontenstan "Ekspresi Beragam".

BATAMTODAY.COM, Maryland - Melecehkan orang lain atau dikenal istilah bulyying, merupakan masalah serius di banyak sekolah di AS. Para pendidik di Prince George's County, Maryland, di luar kota Washington DC, mengajak para siswa untuk meresponnya dengan karya seni dan puisi, dalam sebuah kontes bernama "Ekspresi Beragam".

Kontes anti bully "Ekspresi Beragam" itu diadakan di  Sekolah Dasar William Paca di Landover, Maryland. VOA berkunjung ke sekolah tersebut dan menemui pemenang kontes, Marquette Dunbar.

Pelajar berusia 11 tahun itu mengekspresikan perasaannya mengenai bullying dengan menggoreskannya di atas kertas. Terinspirasi oleh gerakan persamaan hak di AS, dia membayangkan orang-orang berpawai, mengangkat poster dengan pesan menentang bullying.

"Sebagian komentar yang saya tulis adalah; kami hanya ingin membantu, jangan melecehkan, berhentilah; kami hanya ingin perdamaian dan kebahagiaan; kita bisa menciptakan harmoni," kata Dunbar.

Dunbar memenangkan juara pertama dalam kategori seni. Dia mengatakan gambarnya mengekspresikan pengalaman pribadi yang pedih sebagai korban bulan-bulanan.

"Saya sering sekali diejek. Saya merasa terganggu dan kesal karena saya bingung kenapa saya dicela padahal saya tidak pernah melakukan apa-apa," kata Dunbar.

Kepala SD William Paca, Dorothy Clowers, mengatakan kontes itu merupakan pelajaran yang berharga bagi para siswa. Apalagi di sekolah itu juga pernah terjadi beberapa insiden bullying.

"Untuk memberi kesempatan bagi para siswa untuk mengekspresikan diri dan supaya teman-teman mereka juga mendengar betapa buruknya bullying itu," kata Clowers.

Ini juga merupakan kesempatan baik bagi para guru. "Begitu para guru mendengar tentang gagasan kontes anti bully ini, mereka langsung meresponnya karena kita tahu bullying bisa menyebabkan kematian."

Diskusi soal bully tidak hanya berhenti pada kontes, tapi juga terus berlanjut di ruang kelas.

Nah, bagaiman dengan sekolah-sekolah di Indonesia? (*)

Sumber: VoA