Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kampanye Hitam Itu tidak Elegan
Oleh : Surya Irawan
Jum'at | 20-06-2014 | 17:10 WIB
indria_samego.jpg Honda-Batam
Indria Samego. (Foto: rimanews.com)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Pengamat politik dari LIPI Indria Samego menegaskan jika politik negara ini berlangsung elegan dan normal, maka tak akan ada yang namanya kampanye hitam atau black campaign seperti kita saksikan sekarang ini, karena sudah tidak relevan. Seharusnya, kampanye itu sejalan dengan visi misi dan program-nya lima tahun ke depan ketika mendapat amanat untuk memimpin negara ini.

"Dengan melihat ke depan, maka masing-masing capres harus mencari legitimasi untuk mendapat tempat di hati rakyat. Tidak merekonstruksi kasus dan aib masa lalu orang lain hanya untuk dipilih rakyat. Apalagi pengaruhnya sekarang ini kecil. Bahkan bisa berbalik arah mendukung capres yang dituduh," tegas Indria Samego dalam perspektif Indonesia 'Perang antar Jenderal Prabowo dan Jokowi' bersama pengamat militer Salim Said dan anggota DPD RI Erma Suryani Ranik di Gedung DPD RI Jakarta, Jumat (20/6/2014).

Demokrasi memang memberi peluang kepada siapapun untuk berpolitik, dan TNI sebagai salah satu modal untuk mengembangkan pengaruhnya dalam mementukan capres 2014.

"Kebetulan capres yang berlatarbelakang TNI sekarang ini hanya Prabowo. Tapi, itu biasa saja untuk mengartikulasikan kepentingan-kepentingan politik, namun bukan perang antarjenderal," tambahnya.

Karena itu menurut Indria, kalau Prabowo bukan capres, semua tidak ada yang akan memperhatikan pelanggaran HAM. "Semua itu dalam paradigma politik masa lalu di mana TNI sebagai penjaga pertahanan, keamanan, dan sosial politik dari Panglima TNI sampai Babinsa itu-Orde Baru. Tapi, sekarang ini tugas TNI itu sebagai alat negara," kata Indria lagi.

Selain itu kata Indria, kampanye hitam itu menunjukkan negara ini sebagai negara elit; banyak orang yang terlibat sebagai tim sukses capres. Sehingga untuk memenangkan capres mereka mencoba kembali membangkitkan isu-isu politik Islam, komunis, tentara hijau dan sebagainya. "Mereka mencoba mendeligitimasi lawan politik, tapi sudah tidak berlaku lagi," ungkapnya.

Dengan demikian lanjut Indria, maka energi bangsa ini habis hanya untuk urusan kampanye politik hitam. "Mestinya capres-cawapres untuk terus mendiskusikan dan memperdebatkan visi misi dan program pembangunan negara ke depan," pungkasnya.

Sejauh itu kata Erma Suryani, yang terpenting bagi TNI/Polri adalah menjaga wilayah perbatasan dalam rangka menjaga NKRI, karena di Kalimantan Barat sudah ada perbatasan yang dibangun 'Mercusuar' oleh Malaysia. "Itu yang harus dikritisi, dan rakyat tak peduli ada perang jenderal di Jakarta. Sebab, yang terpenting perbatasan negara terus dijaga," tuturnya.

Editor: Dodo