Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

20 Juta Hektar Lahan di Indonesia Sangat Kritis
Oleh : Redaksi
Rabu | 18-06-2014 | 09:25 WIB
hutan_lindung_hancur.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, menyatakan, lahan kritis di Indonesia cukup tinggi, sekitar 27 juta hektar hingga mengancam daerah aliran sungai (DAS). Untuk itu dia mengajak dunia usaha dan masyarakat andil dalam merehabilitasi lahan kritis ini.

"Perusahaan harus bertanggung jawab dalam melestarikan lingkungan, sekaligus menjadi bagian dalam pembangunan DAS dari hulu ke hilir," katanya dalam acara peringatan Hari Degradasi Lahan Dunia di Jakarta, Selasa (17/6/2014).

Zulkifli mengatakan, dari 27 juta hektar lahan kritis itu, 20 juta hektar sangat kritis. Sisanya, agak kritis. Untuk itu, katanya,  perlu meningkatkan kesadaran semua pihak akan bahaya degradasi lahan dan kekeringan. "Ini agar mampu mendorong keseriusan dalam melestarikan kesuburan tanah."

Program yang masih menjadi andalan Kemenhut adalah penanaman pohon. Hilman Nugroho, Direktur Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial, Kementerian Kehutanan, mengatakan, banyak pihak akan dilibatkan dalam memperbaiki lahan kritis ini, dari TNI/Polri, BUMN, BUMD, dan perusahaan. 

"Ini untuk menjalankan penanaman 1 miliar pohon. Kita tak bisa mengandalkan dana dari APBN," ujar dia.

Menurut dia, perusahaan harus dilibatkan terutama mereka yang beroperasi terkait lingkungan, contoh Astra yang memproduksi mobil. "Satu mobil terjual, mereka tanam 100 pohon. Satu motor djual tanam 10 pohon. Ini masih kita kaji."

Begitu pula perusahaan-perusahaan yang menggunakan air. "Ada pohon, ada air, ada air, ada kehidupan. Ada kehidupan ada kesejahteraan. Kalau jual air, tak ada pohon, ya tak ada air," kata Hilman.

Khusus perusahaan air ini, Kemenhut meminta pengamanan hulu dengan penanaman pohon. Namun, kesejahteraan masyarakat sekitar, katanya, harus menjadi perhatian serius.

"Kalau hanya menanam tapi masyarakat ga diajak bicara susah. Misal, kalau ada masyarakat mau tanam buah-buahan, boleh. Yang penting, 70 persen kayu-kayuan, 30 persen buah-buahan," katanya.

Dalam pelaksanaan nanti, Kemenhut akan memberikan informasi lokasi lahan kritis. "Kami yang rencanakan, kami tunjukkan di mana tempat yang harus ditanam dan berapa hektar."

Nanti, kata Hilman, setiap lima tahun, lahan kritis yang sudah ditanami itu akan diukur berapa kira-kira penyerapan karbonnya.

Bibit Sengon Gratis
Untuk pelibatan masyarakat, juga sudah berjalan cukup baik, terutama di Jawa.  Menurut Hilman,  warga mulai berminat memanfaatkan lahan, misal menanam sengon.

Jenis tanaman ini, katanya, selain berfungsi penghijauan juga bernilai ekonomi. "Jadi, warga  diberi bibit, mau mereka tanam dan jaga. Tak diberi dana pemeliharaan pun mau. Karena kalau sudah panen satu pohon itu bisa laku Rp300 ribuan. Bisa membantu ekonomi mereka."

Namun dia mengakui, minat menanam di luar Jawa masih minim. Untuk itu, Kemenhut terus mengajak berbagai pihak agar terlibat gemar menanam pohon. "Kita sediakan bibit gratis. Ayo, siapa saja yang mau tanam pohon."

Bersamaan dengan peringatan Hari Degradasi Lahan ini, Kemenhut bersama beberapa perusahaan menandatangani nota kesepahaman rehabilitasi lahan kritis. Perusahaan-perusahaan itu antara lain, PT Tirta Investama, PT Aqua Golden Mississippi, PT Tirta Sibayakindo dan PT Holcim Indonesia.

Troy Pantouw, Direktur Komunikasi Aqua Grup, menyampaikan, perusahaan mengelola DAS guna menjaga kualitas air dan sumber daya alam. Kemitraan bersama warga, katanya, sudah dilakukan, seperti inisiatif konservasi di Desa Pancawati, Caringin, Bogor. (*)

Sumber: mongabay