Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ilmuwan Alaska Kerja Keras Selamatkan Beruang Kutub
Oleh : Redaksi
Rabu | 11-06-2014 | 14:53 WIB
Beruang kutub utara.jpg Honda-Batam
Beruang kutub. (Foto: belantaraindonesia.org)

BATAMTODAY.COM - Selama beberapa dekade, manusia dan perubahan iklim global mengancam keberadaan beruang kutub, membuat para ilmuwan di Alaska bekerja keras menyelamatkan sebanyak mungkin beruang kutub.

Kebun binatang di Anchorage, Alaska, merawat anak-anak beruang kutub yang terlantar sejak 1970. Ahpun yg berusia 15 tahun, diselamatkan ketika masih anak beruang oleh seorang pemburu, yang menembak induknya karena menyerang pemburu itu.
 
Pasangannya bernama Lyutyik lahir di kebun binatang St. Petersburg, Rusia. Para ilmuwan mempertemukan kedua beruang kutub ini, dengan harapan menghasilkan anak beruang dan meningkatkan populasi hewan yang terancam punah ini.
 
"Jadi, selama bertahun-tahun kami menjadi tempat penampungan, terkadang permanen, ataupun sementara, bagi anak beruang kutub, apakah itu karena induknya dibunuh, atau terpisah dari induknya disebabkan badai," ujar Patrick Lampi, Direktur Pelaksana Kebun Binatang Alaska, dikutip dari VoA.

Lampi mengatakan, tiga tahun pertama anak beruang bersama induknya, merupakan masa yang kritis untuk bertahan. Anak beruang yang tidak ada induknya tidak pernah memiliki kesempatan melatih ketrampilan untuk bertahan, sehingga tidak sanggup kembali hidup secara liar.
 
Ahli biologi Badan Perikanan dan Satwa Liar Amerika, Susi Miller, mengatakan Kebun Binatang Alaska adalah tempat tinggal pertama, anak beruang yang terlantar itu.

"Terutama lima tahun terakhir ini, tapi sebetulnya, selama 20 tahun lebih, kebun binatang telah membantu kami untuk menangani anak beruang yang tidak ada induknya," ujarnya.
 
Dari sekitar 20.000 beruang kutub di dunia, sekitar 1.500 hidup di pesisir pantai utara Alaska, dan ada sejumlah beruang yang tidak diketahui jumlahnya ditemukan sekitar Laut Bering dan Chukchi.
 
Karena suhu hangat mencairkan es di laut kutub utara, beruang ini lebih banyak menghabiskan waktunya di darat, dimana mereka mengincar tumpukan tulang ikan paus dan ikan lain sisa makanan, di luar perkampungan suku asli Alaska. Para ahli memperingatkan bahwa meningkatnya kontak dengan  manusia, dan juga wisata yang terus meluas, dapat menambah konflik dan lebih banyak lagi anak beruang akan kehilangan induknya.
 
Pemerintah Amerika menganggarkan US$8 juta untuk proyek dua tahap guna memperluas fasilitas beruang kutub di kebun binatang Alaska dan membangun Pusat Transisi Beruang Kutub, yang bisa mengakomodasi lebih banyak beruang seperti itu.

Sumber: VoA