Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Nasionalisme Setengah Hati dan Gertakan SBY
Oleh : Opini
Kamis | 15-05-2014 | 11:58 WIB

Oleh Alif Kamal

TAK DAPAT DIPUNGKIRI, bahwa pertarungan untuk memperebutkan kursi nomor 1 di Republik ini sungguh sangat menyita perhatian. Bagi para kandidat yang selama ini sudah mendeklarasikan diri dan didukung oleh partai politik berjuang untuk bisa duduk sebagai Presiden adalah hal yang tak bisa ditawar-tawar lagi.

Ada 2 poros yang hari ini sudah tampak dan telah banyak melakukan sosialisasi. Kubu pertama diwakili oleh Prabowo Subianto yang telah lama diusung oleh Partai Gerindra dan kedua adalah Joko Widodo yang disokong oleh PDIP. Dari perspektif penguatan kedaulatan bangsa masing-masing partai dengan kedua calonnya hadir dengan cirinya sendiri-sendiri.

Kalau ditelisik lebih jauh tentang PDIP, yang jauh lebih lama dikenal oleh publik sebagai partai yang beraliran nasionalis, maka dengan melihat prestasi Megawati pada saat jadi Presiden tahun 2001-2004 aliran nasionalis itu justru tidak mendapatkan muaranya. Begitu pula dengan Jokowi yang selama menjabat sebagai Gubernur DKI banyak menyerahkan program pembangunan Propinsi DKI ke pihak luar.

Begitupun dengan Calon Presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Ada hal menarik yang pernah terucap di beberapa kesempatan dari setiap kampanye yang dilakukan. Soal nasionalisasi, program kemandirian bangsa yang masuk dalam 6 Program Aksi Partai Gerindra.

Yang jadi pertanyaan, ada apa dengan komitmen kedua calon presiden dan kedua partai ini soal nasionalisasi ketika SBY berucap tidak akan mendukung calon presiden yang akan mempunyai program nasionalisasi?

Kenapa kemudian Gerindra dan PDIP buru-buru mengklarifikasi soal nasionalisasi yang dipertanyakan oleh SBY? Apakah kedua partai ini berharap dukungan dari SBY ataukah komitmen mereka soal nasionalisasi yang masih setengah hati?

Penulis adalah Deputi Politik KPP-PRD