Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ambruknya Moralitas di Rumah Pendidikan
Oleh : Opini
Selasa | 13-05-2014 | 11:47 WIB

Oleh Ade Supriatin

BULAN APRIL menjadi saksi problema dan realita yang mengguncang dunia pendidikan internasional Indonesia, yakni Jakarta International School (JIS), dengan topik kasus pelecehan seksual atau sodomi yang dilakukan terhadap murid TK berusia 6 tahun oleh petugas kebersihan sekolah, yang notabenenya dikontrak oleh JIS dari perusahaan penyalur tenaga kerja bertaraf internasional.

Terungkapnya kasus ini, seakan mengebom perasaan seluruh rakyat Indonesia, para orang tua dan khususnya para ibu di Indonesia. Betapa tidak, seorang anak yang ia besarkan dengan lingkaran kasih sayang yang tak berujung, dengan belaian tangan yang penuh kelembutan cinta, dengan ketulusan berbalut keikhlasan jiwa dan dengan pengharapan masa depan yang penuh kilauan senyuman indah.

Lalu, bagaimana dengan mereka yang mendapati si buah hati menjadi korban perbuatan asusila, yang dengan secepat petir menghanguskan rumah impian indah yang dibingkai dengan berbagai pengharapan itu? Tidak ada reaksi lain selain kesal, marah, kecewa, terluka dan tersakiti ketika mendengar pemberitaan perbuatan asusila terhadap anak tak berdosa dan tak berdaya itu. Miris dan ironis. Sebuah ungkapan kepedihan yang mendalam yang tak terakit dengan kata-kata.

Apalagi perbuatan pelecehan seksual yang dilakukan terhadap anak-anak akan berdampak buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. Baik itu pengaruh secara fisik maupun psikologis. Secara fisik akan berpengaruh terhadap kesehatan. Dari salah satu korban murid TK JIS, menurut keterangan dari orantuanya mengatakan sodomi yang  dilakukan terhadap anaknya mengakibatkan luka dan bernanah. Dan setiap malam banyak air yang keluar dari saluran pembuangan (merdeka.com30/4).

Sungguh perbuatan yang tak berprikemanusiaan, selain merupakan bentuk pelecehan seksual juga termasuk penganiayaan terhadap anak berusia dini. Kemudian, dampak pelecehan seksual secara psikologis. Jika secara fisik bisa sembuh dalam beberapa hari atau bulan, namun secara psikologis akan memakan waktu yang lama, bisa berbulan, bertahun atau bahkan seumur hidupnya. Karena psikologis akan berkorelasi terhadap kejiwaan seorang anak.

Jika para korban pelecehan seksual dini ini tidak segera mendapat terapi rutin dan serius akan berdampak pada perkembangan psikologis yang buruk ke depannya hingga ia beranjak dewasa. Dan dikhawatirkan ia akan melakukan hal yang sama terhadap anak lain ketika ia dewasa,

Jika kita melihat dengan kacamata hati dan fikiran lebih dalam lagi, pasti akan timbul pertanyaan dalam benak kita tentang bagaimana moral yang menancap pada bangsa kita? Atau moral yang seperti apa yang sekarang tumbuh dalam tubuh bangsa kita? Jika sekolah dengan standar internasional yang dianggap sebagai sekolah teladan dengan mutu terbaik, dapat menjadi tempat perbuatan yang mencoreng muka dunia pendidikan, lalu bagaimana dengan sekolah yang lain?

Bahkan sekolahd engan pondasi agama seperti pesantren tidak juga menjadi jaminan jika ia tidak membentengi hati danfikiran dengan iman. Tentu tidak dapat jika hanya mengkambinghitamkan sekolah. Sekolah, rumah dan lingkungan hanyalah sebagai wadah. penduduklah sebagai motoriknya.

Yang harus diperhatikan dan digali adalah motoriknya bukan wadahnya. Motorik ini adalah manusia yang diikat dalam sebuah bangsa. Untuk menciptakan bangsa yang madani manusianya harus berkarakter dan mempunyai moral tinggi. Namun permasalahannya adalah bangsa kita telah terinfeksi virus yang mengakibatkan krisis moral. Krisis moral di Indonesia telah menjamur dan berbaur di tengah masyarakat tanpa disadari.

Seperti kasus yang menimpa JIS saat ini, bagaimana mungkin manusia yang diberi hati dan fikiran dapat melakukan perbuatan sekeji itu terhadap anak di bawah umur. Mungkinkah jika mereka mengantong inilai-nilai moralitas, mereka tetap melakukan perbuatan tersebut? Hal itu tentu tidak mungkin, karena nilai moral bukanlah nilai yang dapat diukur, namun nilai ini yang menyatu dalam denyut nadi yang takkan terputus selagi jantungnya berdetak.

Sekarang ini, meski pun pendidikan secara kurikulum telah diarahkan menjadikan peserta didik yang berkarakter, berkepribadian mulia dan berakhlaktinggi, namun secara implemetasi belum memberikan sinyal-sinyal kuat untuk berhasil karena kurangnya tenaga pengajar yang berkualitas. Sementara para orangtua cenderung beranggapan dengan menyekolahkan anaknya maka anaknya akan tumbuhd engan baik dan tugasnya selesai sampai di situ.

Sehingga anak menjadi bingung tidak mendapat tempat menempa dan membentuk kepribadian diri yang selayaknya. Dan akhirnya kritis moral pada generasi bangsa tak terelakkan lagi. Untuk melewati masa-masa kritis moral, khususnya mengenai kasus pelecehan seksual di sekolah perlu adanya langkah aktif progresif. Sebagai langk ahawal, yakni dengan melakukan penanaman bibit nilai-nilai moral pada usia dini.

Nilai-nilai moral tersebut bisa didapat dengan mempelajari dengan benar kaedah-kaedah dalam agama, termasuk anggota tubuh mana yang merupakan aurat dan yang tidak. Sehingga anak-anak dapat menjaga diri dari perbuatan sodomi yang dilakukan terhadapnya. Langkah selanjutnya adalah perhatian dan pengawasan orangtua atau keluarga. Orangtua harus selalu memperhatikan aktivitas sang anak di lingkungan serta orang-orang di sekitarnya. Orangtua juga harus pandai membaca sikap seorang anak, jika anak terlihat berbeda atau mencurigakan harus segera mengambil sikap.

Selanjutnya adalah kontrol di lingkungan sekolah. Orangtua di sekolah adalah para guru, untuk itu guru juga harus bersikap layaknya orangtua pada setiap muridnya. Memberi perhatian dan pengawasan selama jam sekolah berlangsung dan memberi pelajaran yang dibungkus dalam wacana pembentukan karakter dan kepribadian diri agar nilai-nilai moral dapat melekat. Sementara yang terjadi sekarang adalah ketiga poin tersebut berjalan masing-masing. Padahal sekolah dan luar sekolah harus berjalan bergandengan tangan agar mencapai tujuan bersama.

Penulis adalah Anggota GMNI Pekanbaru/Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika UIN SUSKA Pekanbaru.