Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ilmuwan MIT Gunakan Batang Pohon untuk Saring Air Bebas Bakteri E.coli
Oleh : Redaksi
Jum'at | 21-03-2014 | 07:30 WIB

BATAMTODAY.COM - PARA ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Amerika Serikat bekerja sama dengan rekan-rekan mereka di negara-negara berkembang UNTUK menghasilkan penyaring bakteri dari air yang ekonomis dan efisien. Mereka menggunakan xilem tanaman yang berguna untuk mengangkut air dan unsur hara dari tanah.

Teknologi baru itu diyakini dapat memberikan solusi untuk bagi penyediaan air bersih di Asia Timur dan Pasifik di mana menurut catatan UNICEF, ada sekitar 180 juta orang tidak memiliki akses terhadap pasokan air bersih.

Rohit Karnik, seorang profesor teknik mesin di MIT yang mengepalai Microfluidics dan Nanofluidics Research Laboratory, mengatakan, timnya berinteraksi dengan para ahli pengolahan air di negara-negara berkembang untuk menghasilkan prototipe filter xilem dalam 2 - 3 tahun ke depan.

"Biaya rendah, mudah digunakan metode yang efektif dari proses pemurnian air yang diperlukan untuk menyediakan air minum bersih untuk fraksi yang signifikan dari populasi global," kata Karnik. "

"Tujuan akhirnya kami adalah untuk memungkinkan implementasi praktis dari filter berbasis xilem," imbuh Karnik, seperti dilansir dari Environtmental News Network.

Dalam studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal online PLoS One, tim Karnik itu menunjukkan bahwa xilem tanaman tertentu dapat secara efektif menyaring bakteri dari air. Jaringan xilem bekerja seperti pipa, di mana air dan mineral bergerak dari akar ke daun.

Menggunakan gubal (bagian kayu yang masih muda yang terdiri dari sel-sel yang masih hidup) dari pohon konifer yang kulitnya telah dikelupas, tim memasang stek cabang pinus menjadi salah satu ujung tabung plastik. Mereka kemudian menggunakan setup sederhana ini untuk menyaring larutan yang mengandung konsentrasi tinggi dari bakteri E. coli.

Mereka menemukan bahwa filter xilem menghapus "setidaknya 99 persen" bakteri dari air. "Sebuah tongkat kecil dengan panjang sekitar tiga sentimeter cukup untuk menyaring beberapa liter air dalam sehari, cukup untuk memenuhi kebutuhan air minum yang bersih dari satu orang," penelitian tersebut menyebutkan.

Meskipun mengakui filter xilem berpotensi, namun Daniele Lantagne, asisten profesor Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan di Tufts University di Amerika Serikat, menekankan bahwa purwarupa pertama harus diuji sesuai dengan pedoman WHO untuk mengevaluasi produk pengolahan air rumah tangga.

Lantagne, yang telah bekerja dengan program pengolahan air di lebih dari 40 negara, mengatakan, filter xilem dinyatakan gagal sesuai standar WHO untuk air minum jika tak dapat mendeteksi E. coli dari setiap 100 mililiter sampel air.

Patogen yang terbawa air lainnya seperti virus juga dapat menyelinap melalui xilem, kata Jonathan Ball, ahli virus di Universitas Nottingham di Inggris, dan mencatat bahwa tim Karnik menunjukkan bahwa filter xilem tidak bisa menghilangkan partikel lebih kecil dari 80 nanometer.

"Sekerat dari 80 nanometer akan menghapus beberapa virus (misalnya poxvirus). Tapi tidak semua (seperti noroviruses) yang berbahaya bagi manusia," kata Ball.

Studi MIT itu bagaimanapun telah memberikan petunjuk untuk pengembangan lebih lanjut dari teknologi filtrasi xilem. Mungkin melalui sebuah desain, saran Karnik, bisa menjadi wadah air yng ditempatkan beberapa meter di atas keran yang memiliki xilem saringan dalam yang dapat diganti -tanpa pompa- yang bisa menyaring empat liter air setiap hari.

Kendati demikian, katanya, filter xilem itu murah, ringan dan mudah untuk dibuat. "Ini merupakan alternatif yang menjanjikan untuk metode pengolahan air mahal seperti filter pasir, desinfeksi solar, klorinasi dan filter membran mahal lainnya. (*)

Editor: Roelan