Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Cat Kapal Pembunuh Mahluk Hidup
Oleh : Redaksi
Selasa | 18-03-2014 | 09:25 WIB
pengecatan-kapal1.jpg Honda-Batam
Ilustrasi pengecatan kapal.

BATAMTODAY.COM - Lambung bagian bawah sebuah kapal kerap dipenuhi kerang dan balanide hingga tampak seperti terumbu karang. Tumbuhan ini akan menghambat laju kapal dan meningkatkan penggunaan bahan bakar.

Karena itu, pembuat dan pemilik kapal sering menggunakan cat antifouling, yang melindungi lambung kapal dari mahluk hidup yang menempel. Cat ini menggunakan bahan kimia yang membunuh semua organisme air di dekat kapal.

Cat tersebut dengan sengaja dibuat agar terurai dalam air sedikit demi sedikit. Cat ini kemudian berada di air sekitar kapal dengan pelindung beracun. Substansi yang membahayakan lingkungan ini tentu mengalir ke perairan lain dan mengendap dalam batuan sedimen.

Hal itu akan terus terjadi dalam sedikitnya 10 tahun berikutnya. "Selama tidak ada alternatif, produk itu tidak akan dilarang," kata Ulf Jacob dari badan perlindungan lingkungan Jerman, Deutsche Bundesstiftung Umwelt (DBU).

Awalnya, pada 14 Mei 2014 mendatang, Uni Eropa akan memeriksa semua cat antifouling. Karena peraturan baru di Eropa tentang pemakaian bahan kimia yang baru mengatakan, semua unsur harus tercatat dan diijinkan. Yang sudah ada pun sekarang harus diuji.

Bahan kimia utama dalam antifouling adalah tembaga dan unsur yang mengandung tembaga. Substansi berancun itu bisa mengendap di lingkungan.

Namun demikian, cat ini laku keras di pasar, kata Christoph Strakeljahn. Ia adalah kepala bagian teknik dan pembuat kapal pada Nauticare, perusahaan yang mengimpor dan menyalurkan cat. Perusahaan pembuatnya tidak akan mau menarik produk ini, demikian Strakeljahn.

Dalam pameran olah raga laut, Boot 2014 di Düsseldorf, masalah ini jadi topik pembicaraan. Ide di baliknya: tidak mencegah menempelnya mahluk hidup pada kapal, melainkan membersihkan lambung kapal secara teratur, misalnya dengan robot yang bisa beroperasi di bawah laut, seperti halnya pada mobil.

Dalam pameran tersebut dipamerkan instalasi buatan Bernd Christof, insinyur dan pendiri perusahaan International Port Technology, sebuah perusahaan yang membuat instalasi pencuci di dalam laut untuk kapal. Selain itu dipamerikan juga lak yang bisa dicuci, yang disebut lak lapisan tipis.

Ini membutuhkan kombinasi unsur kimia yang berbeda. Sebagian besar cat antifouling yang beredar di pasaran sekarang akan hilang jika kapal dicuci. Sehingga lambung kapal tidak memiliki pelindung apapun.

Pemilik kapal tidak senang dengan ide mencuci kapal setiap beberapa pekan atau bulan, kata Ulf Jacob dari DBU. Strakeljahn, dari perushaan pengimpor cat, juga sependapat.

Jika lak baru itu dipasarkan, perusahaan cat lainnya jadi punya saingan. Selain itu, instalasi pencucian kapal juga masih harus dibangun, dan makan dana.

Alternatif bebas racun yang pernah dilempar ke pasaran adalah kulit hiu buatan. Tapi ini sudah menghilang dari pasar.

Hiu punya kulit istimewa yang menyebabkannya bisa bergerak cepat dan melindungi dari penyakit dan cedera. Struktur mikro kulit hiu ingin digunakan juga pada cat kapal, supaya kapal bisa menghemat bahan bakar, dan terlindungi dari mahluk hidup yang bisa menempel. Itu harapannya.

Antonia Kesel dari pusat inovasi di Bremen, Bionik Innovations Centrum, mengembangkan lak itu. Ini mengandung butir-butir gelas, yang mengakibatkan kulit kapal tidak rata, seperti halnya kulit hiu.

Cat ini selama beberapa waktu termasuk produk Vosschemie, perusahaan pembuat lak dan bahan sintetik. Tetapi karena tidak laku, terpaksa tidak dibuat lagi, kata Michaela Horns dari Vosschemie. Sekarang Kesel mengembangkan lak tipe baru yang bisa disemprotkan ke dinding kapal, sehingga bisa lebih murah.

Constanze Fürle, pakar biologi pada Limnomar, sebuah laboratorium independen untuk penelitian laut mengatakan, bidang ini sangat konservatif dan tidak menyambut inovasi. Hanya undang-undang yang ketat dapat mencegah penggunaan cat yang merusak lingkungan. (*)

Sumber: Deustche Welle