Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kisruh Internal Jelang Ujian Nasional

Pihak Yayasan Curiga, Belasan Guru SMK Indera Sakti Tanjungpinang Mundur Saat Dimintai Laporan
Oleh : Habibi
Kamis | 13-03-2014 | 20:46 WIB
Rina_saat_menunjukkan_surat_pengunduran_diri_12_guru_SMK_Indra_Sakti_yang_dibuat_secara_tertulis..jpg Honda-Batam

PKP Developer

Ketua Yayasan Pendidikan Indera Sakti, Rio Rina Suryani, saat menunjukkan surat pernyataaan pengunduran diri 12 guru SMK Indera Sakti. (Foto: Habibi Kasim/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Ketua Yayasan Pendidikan Indera Sakti, Rio Rina Suryani, menduga, pengunduran diri 12 orang guru -honor dan PNS- termasuk kepala sekolah di SMK Indera Sakti Tanjungpinang, karena "cemas" saat diminta laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan sekolah.

Sebab ketika ditanya tentang laporan keuangan sekolah sejak 2012 hingga 2013, pihak sekolah tidak dapat memberikan dengan berbagai alasan. Alih-alih, kata Rina, mereka kompak mengundurkan diri secara bersamaan.

"Isu yang berkembang di lingkungan siswa, kamilah yang memecat. Padahal mereka mengajukan pengunduran diri setelah kami desak meminta laporan keuangan bantuan dari pemerintah, dan dari orang tua murid. Mereka terlalu banyak alasan. Saat didesak terus, eh, malah mengundurkan diri," kata Rina saat ditemui di kantornya, Kamis (13/3/2014).

Menurut Rina, tidak transparannya Yudi, salah seorang guru, terhadap laporan keuangan membuat pihak yayasan mencabut jabatannya sebagai Penjabat Sementara Kepala SMK Indera Sakti. Namun setelah diberhentikan dan dimintai laporan keuangan sekolah, Yudi dan 11 guru lainnya malah mengundurkan diri.

Rina mengatakan, tidak bagusnya Yudi dan 11 guru yang mengundurkan diri tersebut adalah tidak adanya transparansi dengan yayasan. Padahal, sebagai pemilik sekolah dan yang menggaji guru dan kepala sekolah adalah yayasan.

Selain itu, Yudi dan guru-guru lainnya ketika dimintai laporan keuangan malah mengadakan rapat bersama 11 guru di luar sekolah pada Selasa (11/3/2014), sementara siswa dibiarkan terlantar.

"Mereka malah menggelar rapat tertutup, lalu mengajukan surat pengunduran diri besoknya. Sementara kami tidak tahu alasannya mereka mengundurkan diri. Padahal cuma dimintai laporan keuangan saja. Kami kan berhak menanyakan itu, eh, malah mengundurkan diri. Dan lebih sedihnya lagi, malah yayasan yang disalahkan siswa. Katanya kami yang memecat, padahal tidak ada kami memecat mereka," kata Rina kesal.

Meski demikian, Rina mengatakan, memang pihak yayasan belum berani menduga-duga ataupun berspekulasi yang macam-macam terkait hal ini. Namun kecurigaan terhadap Yudi dan rekan-rekan diakui ada, mengingat saat dimintai laporan keuangan malah teralu banyak alasan dan alih-alih mengundurkan diri.

"Alasannya mulai dari belum diprint, sedang menyiapkan kwitansi, sedang menyiapkan laporan itu. Selalu tar-sok (sebentar besok, red). Namun tak siap-siap juga sampai sekarang," terang Rina.

Untuk sementara ini, dirinya belum berniat mengambil jalur hukum. Permalasahan tersebut diupayakan dapat diselesaikan dengan baik tanpa ada menyakiti siapapun.

"Kalau memang tidak jelas juga, kenapa tidak kita laporkan? Karena beberapa bulan ini yayasan malah nombok untuk keperluan sekolah. Tapi kita tetap menunggu itikad baik dari guru kalau memang mereka mengaku mereka guru sejati," tutur Rina

Sementara itu, Yudi saat ingin dikonfirmasi malah kabur. Yudi buru-buru menggenjot sepeda motornya ketika diberondong pertanyaan oleh wartawan.

Begitu juga halnya dengan guru-guru yang bersepakat mengundurkan diri bersama Yudi, seperti Melva dan Lindung yang juga berstatus sebagai PNS, namun tetap honor di sekolah itu, tidak mau diwawancarai. Mereka kompak "diam". (*)

Editor: Roelan