Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Waspada, Amarah Bisa Picu Serangan Jantung dan Kematian Dini
Oleh : Redaksi
Kamis | 13-03-2014 | 09:01 WIB

BATAMTODAY.COM - PENELITIAN terbaru menunjukkan bahwa kemarahan dapat memicu serangan jantung. Tapi ada tambahan lain lagi, yakni emosi yang meledak-ledak sebenarnya bisa membunuh Anda.

Dr Elizabeth Mostofsky, seorang peneliti di Harvard School of Public Health, memaparkan, risiko serangan jantung atau infark miokard akut, melonjak setelah meluapkan amarah. Bagi pemarah, ini bisa berarti risiko meningkat secara kronis.

"Meskipun risiko mengalami peristiwa kardiovaskular akut sekalipun ledakan kemarahan relatif rendah, risiko dapat terakumulasi untuk orang yang sering marah," katanya, berbicara kepada BBC News.

Penelitian yang diterbitkan dalam European Heart Journal, meninjau data dari sembilan studi sebelumnya yang melibatkan ribuan peserta. Secara bersama-sama, penyelidikan ini menunjukkan bahwa ledakan kemarahan itu dikaitkan dengan peningkatan lima kali lipat risiko serangan jantung yang berlangsung selama sekitar dua jam. Selama waktu ini, Anda juga tiga kali lebih mungkin untuk menderita stroke.

Doireann Maddock, perawat jantung senior di British Heart Foundation, mengatakan kepada wartawan bahwa beberapa faktor biologis dapat menjelaskan lonjakan ini.

"Tidak jelas apa yang menyebabkan efek ini," katanya. "Ini mungkin terkait dengan perubahan fisiologis yang menyebabkan kemarahan pada tubuh kita, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi di balik ini secara biologis."

Studi tersebut mengeksplorasi konsekuensi nyata dari emosi yang meledak-ledak. Contoh lain adalah studi St George University pada awal tahun ini di mana para peneliti menunjukkan bahwa kehilangan, kesedihan, dan "patah hati", mungkin dua kali lipat mendapatkan risiko menderita serangan jantung atau stroke.

"Kita sering menggunakan istilah 'patah hati ' untuk menandakan rasa sakit kehilangan orang yang dicintai," kata co-author, Dr Sunil Shah. "Studi kami menunjukkan bahwa (perasaan) kehilangan dapat memiliki efek langsung pada kesehatan jantung."

Demikian pula, tim peneliti lain dari University of Chicago baru-baru ini menemukan bahwa perasaan kesepian dan kesendirian dapat meningkatkan risiko kematian dini. Sebuah survei terhadap para janda dan duda tua menunjukkan, risiko dapat meningkatkan sebanyak 14 persen selama bulan-bulan berikutnya setelah kehilangan.

Menurut penulis John Cacioppo dan rekan, ini berarti bahwa kesepian sebagai faktor mortalitas hampir sekuat kesulitan sosial ekonomi, yang biasanya menjadi penyebab peningkatan 19 persen dalam risiko kematian dini.

Sementara dasar biologis dari efek emosional ini tetap menggantung, ahli kesehatan segera menunjukkan bahwa Anda dapat mengambil langkah-langkah untuk membatasi dampaknya -setidaknya ketika akan marah. Menurut Maddock, itu semua tentang menjaga tetap "dingin".

"Belajar bagaimana untuk bersantai dapat membantu Anda bergerak dari situasi tekanan yang tinggi," jelasnya."Banyak orang menemukan bahwa aktivitas fisik dapat membantu untuk melepaskan amarah setelah hari yang menegangkan." (*)

Editor: Roelan