Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Disdik Kepri Akan Hadirkan Pakar Terapi dalam Workshop Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus
Oleh : Habibi
Rabu | 12-03-2014 | 19:01 WIB
abk.jpg Honda-Batam
Anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa. (Foto: net)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Penanganan anak berkebutuhan khusus (ABK) oleh orang tua masih belum maksimal. Hal itu disebabkan minimnya pemahaman orang tua mengenai cara penanganan yang tepat bagi anak-anak tersebut.

"Kita maklumi, hampir sebagian besar orang tua di Kepri yang memililiki anak berkebutuhan khusus seperti autisma, cerebal palsy ataupun sindroma down, dan lainnya masih belum maksimal. Karena itu, kita akan menggelar pelatihan khusus atau workshop penanganan ABK untuk orang tua," kata Mardiana, Kasi Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus (PK-PLK) Dinas Pendidikan Kepulauan Riau (Kepri), kepada BATAMTODAY.COM, Rabu (12/3/2014).

Dia menuturkan, workshop untuk 200 orang peserta akan itu digelar selama lima hari mulai 21 Maret hingga 26 Maret 2014. Workshop yang difokuskan untuk orang tua, pemerhati dan terapis itu dilaksanakan sehari penuh mulai pukul 08.00 sampai 17.00 WIB.

"Kita mengimbau orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus bisa ikut dalam workshop ini. Karena memang workshop seperti ini jarang dilakukan tanpa dipungut biaya," terangnya.

Dia menilai, orang tua dengan ABK patut mengikuti workshop ini karena pihaknya juga menghadirkan salah satu pakar terapi dari Jakarta. "Kita juga menghadirkan Bapak Tri Gunadi yang sudah terkenal sebagai salah satu pakar terapi, baik terapi okupasi maupun terapi sensori integrasi. Nah, dalam workshop ini orang tua nantinya bisa bertanya langsung dengan pakarnya," ujar Mardiana.

Sementara itu, imbuh Mardiana, Dinas Pendidikan Kepri juga menggelar pelatihan khusus untuk guru dan calon guru pendamping ABK pada tanggal 15 - 20 Maret 2014.

"Sebenarnya, pelatihan untuk guru pendamping khusus ini juga sebagai gerakan pencanganan sekolah-sekolah di Kepri sebagai sekolah inklusi. Artinya, dengan adanya guru pendamping ini, anak-anak berkebutuhan khusus terbantu dan berkesempatan untuk mengenyam pendidikan di sekolah reguler. Karena pada dasarnya mereka (ABK) juga bisa belajar di sekolah umum," ujar Mardiana.

Pasalnya, Mardiana mengakui, implementasi pendidikan inklusi sulit diterapkan karena guru-guru di sekolah reguler biasanya belum memahami cara-cara penanganan anak berkebutuhan khusus.

"Itulah sebabnya banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang ditolak di sekolah reguler karena gurunya tak sanggup untuk menangani," papar Mardiana. (*)

Editor: Roelan