Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Jenis Burung di Indonesia Bertambah, Ancaman Kepunahan Pun Tak Surut
Oleh : Redaksi
Selasa | 11-03-2014 | 08:10 WIB

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia (Burung Indonesia) bellum lama ini merilis, ada tujuh spesies burung baru yang ditemukan di Indonesia. Jumlah ini menambah keanekaragaman jenis burung di tanah Air, dari 1.598 jenis pada 2012 menjadi 1.605 jenis pada 2013.

Menurut Brid Conversation Officer Burung Indonesia, Jihad, penambahan tersebut berasal dari catatan baru sebaran tujuh jenis burung yang dimuat dalam jurnal ilmiah pada kurun 2010-2012. Karena, beberapa jenis burung yang sebelumnya tak tercatat, ternyata juga ditemukan di Indonesia.

Ketujuh jenis baru itu antara lain camar punggung-hitam kecil (Larus fuscus) yang terlihat di Pulau Wetar, penggunting-laut Heinroth (Puffinus heinrothi) di perairan Taliabu, alap-alap dahi-putih (Microhierax latifrons) di Kalimantan Timur, gagang-bayam belang (Himantopus himantopus) di Sumatera, kedidi Baird (Calidris bairdii) di Papua Barat, kaki-rumbai merah (Phalaropus fulicarius) di Jawa, dan apung zaitun (Anthus hodgsoni) di Kalimantan Timur.

Sayangnya, kata Jihad, dari keseluruhan jenis burung di Indonesia, 126 jenis di antaranya masuk dalam kategori terancam punah, meliputi 19 jenis dalamm kondisi kritis, 35 jenis genting, dan 72 jenis rentan. Secara keseluruhan, jumlah tersebut masih sama dengan tahun sebelumnya.

Malah tiga jenis burung mengalami kenaikan status keterancaman. Bangau bluwok (Mycteria cinerea) dan kakatua putih (Cacatua alba) naik dari status rentan (vulnerable) menjadi genting (endangered). 

"Yang memprihatinkan, poksai kuda (Garrulax rufifrons) mengalami kenaikan status secara drastis dari semula 'mendekati terancam' (near threatened) naik dua tingkat menjadi genting," papar Jihad, dalam situs resmi Burung Indonesia.

Beruntung tiga jenis burung yang mengalami penurunan status keterancaman. Mambruk Victoria (Goura Victoria) keluar dari zona keterancaman dari semula "rentan" menjadi "mendekati terancam". 

Demikian pula dengan nuri-ara Salvadori (Psittaculirostris salvadorii) yang turun dari status "rentan" menjadi "risiko rendah" (Least-Concern). Sementara cekakak-pita kofiau (Tanysiptera ellioti) masih berada dalam zona terancam punah karena hanya turun satu tingkat dari status "genting" menjadi "rentan".

Berdasar data BirdLife International, Indonesia saat ini menduduki peringkat lima besar dalam hal kekayaan jenis burung setelah Colombia, Peru serta Brazil, dan bersaing ketat dengan Ekuador. Sayangnya, Indonesia juga menempati peringkat tiga besar dalam hal jumlah jenis yang terancam punah. 

Peringkat pertama ditempati oleh Brazil, disusul Peru pada posisi kedua. Sementara dalam hal endemisitas atau kekhasan jenis burungnya, Indonesia yang memiliki 380 jenis burung endemik jauh mengungguli negara-negara lain di dunia dan berada di peringkat pertama. (*)

Editor: Roelan