Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Aktivis Greenpeace Demo Pembukaan Toko Fashion Ternama di Taiwan
Oleh : Redaksi
Senin | 10-03-2014 | 07:42 WIB

BATAMTODAY.COM, Taipei - Peresmian toko merek fashion internasional, GAP, di Taiwan, Jumat sore kemarin, mendapat reaksi dari aktivis Greenpeace. Para aktivis menduduki pintu masuk toko itu dengan membentangkan spanduk sepanjang tiga meter yang bertuliskan "GAP, Detox Sekarang!".

GAP menerima Penghargaan Public Eye 2014 karena kurangnya tanggung jawab perusahaan tersebut dalam menangani keselamatan pekerja. Dalam laporan terbaru Greenpeace, "Toxid Threads: Polluting Paradise", ditemukan residu bahan kimia berbahaya pada sampel yang diambil dari pakaian GAP. 

Sementara itu, menurut investigasi Greenpeace sebelumnya, sampel limbah dari pabrik yang dimiliki pemasok GAP di Indonesia juga mengandung Nonylphenol, antimony dan tributilfosfat yang menyerupai "cocktail kimia" dan menunjukkan tingkat pH 14, dan bersifat sangat basa.

"Bahan kimia berbahaya dalam rantai pasokan tidak hanya mencemari lingkungan, residu dalam produk juga meningkatkan risiko kesehatan konsumen. GAP harus menghabiskan lebih banyak usaha dalam men-detox rantai pasokan mereka, dan mengurangi pencitraan 'hijau' pada mereknya," Rose Lai, juru kampanye Toxic dari Greenpeace Asia Timur, dalam siaran pers.

Tidak hanya produk saja yang diuji kandungan bahan kimia berbahayanya. Sampel air dari pemasoknya juga diuji oleh Greenpeace, dan hasilnya ditemukan Nonylphenol dan Nonylphenol Ethoxylates.

"Meskipun GAP mengklaim perusahaannya sebagai bagian dari aksi cetak biru 'Zero Discharge Hazardous Chemical', mereka hanya menggunakannya sebagai alat promosi dan bukan merupakan komitmen yang sesungguhnya. Greenpeace mendesak GAP untuk menjalankan detoksifikasi rantai pasokan, sehingga konsumen yang tak bersalah tidak perlu menjadi bagian dari masalah beracunnya," imbuh Rose Lai.

Ahmad Ashov Birry, juru kampanye Toxics dari Greenpeace Indonesia, yang telah menyaksikan sungai tercemar di Indonesia mengatakan, merek pakaian tersebut memperlakukan sungai seperti kolam limbah. "Pemakaian bahan berbahaya mencemari sumber air penduduk setempat," katanya.

Produk mereka, melalui pemasaran global, dijual ke berbagai daerah di seluruh dunia, dan konsumen membelinya  kembali dengan membawa bahan kimia beracun dalam produk tersebut.

Baru-baru ini pemerintah Indonesia mengungkapkan puluhan perusahaan yang tertangkap mencemari Sungai Citarum dan mengatakan akan menjatuhkan sanksi tegas kepada mereka. 

Kampanye Detox Greenpeace terhadap merek fashion dimulai sejak 2011, mengungkap rantai pasokan mereka yang beracun dan menuntut mereka untuk berkomitmen terhadap Detox. Sebanyak 20 merek termasuk Zara, Uniqlo, H&M, Burberry telah membuat komitmen untuk detox sebelum 2020. (*)

Editor: Roelan