Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tiga Politisi Muda Jadi Kuda Hitam di Pilpres 2014
Oleh : Surya
Minggu | 09-02-2014 | 21:22 WIB
PRIYO_BUDI.jpg Honda-Batam
Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso, salah satu kuda hitam calon presiden muda di Pilpres 2014 selain Joko Widodo dan Hary Tanoesoedibjo

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Tiga tokoh dari partai politik, Joko Widodo (PDI Perjuangan), Priyo Budi Santoso (Partai Golkar), dan Hary Tanoesoedibjo (Partai Hanura) memiliki peluang besar untuk menuai dukungan besar dan menjadi kuda hitam di Pilpres 2014. Parpol tempat ketiga politikus tersebut bernaung disarankan mengoptimalkan potensi mereka.

 
Berdasarkan survei yang dilakukan Pusat Kajian Pancasila, Hukum, dan Demokrasi Universitas Negeri Semarang (Puskaphdem-Unnes), Joko Widodo, Priyo, dan Hary Tanoe menjadi tokoh muda yang memiliki elektabilitas tertinggi. Elektabilitas Jokowi mencapai 20,28 persen, Priyo Budi Santoso (16,26 persen), dan Hary Tanoe (11,3 persen).

Disusul secara berturut-turut Hidayat Nur Wahid (10,09 persen), Muhaimin Iskandar (3,92 persen), Puan Maharani (3,36 persen), Roy Suryo (2,14 persen), Anis Matta (1,02 persen), tokoh lainnya (7,66 persen), rahasia (1 persen), dan undecided voters (7,75 persen). Survei ini dilakukan 13 Desember 2013 hingga 30 Januari 2014 di 34 provinsi, dengan jumlah responden 1.070 orang.

"Kalau ketiga politikus muda tersebut tampil di Pilpres 2014 maka akan menjadi obat penawar atas kejenuhan publik terhadap tokoh ‘yang itu-itu saja,"  kata Peneliti Puskaphdem-Unnes  Pujiono, saat pemaparan rilis survei di Jakarta, Minggu (9/2/2014).

Survei ini dilakukan untuk melihat potensi modal sosial dan politik capres muda di Pilpres 2014. Ternyata dalam survei ini ditemukan bahwa 87,37 persen responden menjawab regenerasi kepemimpinan sangat penting dan penting. Sementara tidak penting (42 persen), kurang penting (1,12 persen), dan tidak menjawab (7,28 persen).

Begitu juga jika umur capres dibandingkan antara capres yang kurang dari 55 tahun dan lebih dari 55 tahun, tingkat kesukaan responden lebih tinggi pada capres di bawah umur 55 tahun. Yaitu suka di bawah 55 tahun sebesar 81,96 persen. Sementara capres yang di atas 55 tahun 71,58 persen.

Keinginan publik akan munculnya capres muda juga terlihat dengan rendahnya responden yang tidak  memilih ketika disodor nama capres muda. Ada  92.19 persen yang menggunakan hak pilihnya. yang tidak menjawab hanya 7,75 persen.

"Angka ini jika dianalisis maka makna yang tersimpan adalah capres muda membuat pemilih antusias dalam memilih capres," kata Direktur Eksekutif Puskaphdem-Unnes, Arif Hidayat.

Dengan hasil survey ini, Arif menyarankan agar partai politik yang memiliki kader muda potensial untuk mengoptimalkan di Pilpres 2014. Jika tidak maka mereka bisa kehilangan momentum sebab di Pilpres 2019 kader muda tersebut juga akan masuk kategori capres tua.

Arif menilai wacana capres di Pilpres 2014 lebih variatif ketimbang tahun sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan munculnya sejumkah nama baru capres maupun cawapres.

"Saat ini public disuguhi dengan beragam capres cawapres. Kondisi ini berbeda jauh dengan PIlpres 2004 maupun 2009, yang calonnya itu-itu saja," ungkapnya.

Efek positif dari munculnya beragam capres ini adalah public bisa memilih sesuai selera mereka. Baik berdasar agama, suku, latar belakang ideologi dan sebagainya.

Editor : Surya