Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Akar Pohon di Daerah Pegunungan Ikut Atur Suhu Bumi Selama Jutaan Tahun
Oleh : Redaksi
Sabtu | 08-02-2014 | 07:51 WIB

BATAMTODAY.COM - Untuk pertama kalinya para ilmuwan telah menemukan bagaimana akar pohon di pegunungan mungkin memainkan peran penting dalam mengendalikan suhu global dalam jangka panjang.

Dikutip dari laman sains phys.org, para peneliti dari Oxford dan Universitas Sheffield telah menemukan bahwa suhu mempengaruhi ketebalan sampah daun dan lapisan tanah organik, serta kemampuan di mana akar pohon tumbuh.

Di daerah yang lebih hangat, ini berarti bahwa akar pohon lebih memungkinkan untuk tumbuh ke dalam lapisan mineral tanah, memecah batu hingga menjadi bagian terkecil yang pada akhirnya akan tergabung dengan karbon dioksida. Proses yang disebut pelapukan ini menarik karbon dioksida dari atmosfer dan mendinginkan planet ini. 

Para peneliti mengatakan, teori ini menunjukkan bahwa ekosistem pegunungan telah bertindak seperti thermostat bumi yang mengatasi risiko 'bencana' pemanasan atau pendinginan selama jutaan tahun.

Dalam makalah penelitian dipublikasikan secara online dalam Geophysical Research Letters, para peneliti melakukan penelitian di hutan hujan tropis di Peru. Mereka mengukur akar pohon di seluruh tempat yang berbeda dari ketinggian yang bervariasi -dari dataran rendah Amazon yang hangat hingga pegunungan Andes yang dingin. 

Mereka mengukur pertumbuhan akar pohon sampai 30 cm di bawah permukaan tanah, setiap tiga bulan selama beberapa tahun. Pada masing-masing tempat, mereka juga mengukur ketebalan lapisan organik di atas tanah. 

Informasi ini kemudian dikombinasikan dengan data suhu bulanan, kelembaban, curah hujan, dan kelembaban tanah, untuk menghitung proses penghancuran dari batu basal dan granit yang ditemukan di pegunungan Peru.

Dengan menggunakan model ini, berdasarkan data lapangan di Peru, para ilmuwan mampu untuk mengembangkan perhitungan, seperti pada kontribusi pada hutan pegunungan di seluruh dunia terhadap tingkat pelapukan global. Para peneliti kemudian menghitung jumlah karbon yang dikeluarkan dari atmosfer melalui pelapukan ketika bumi menjadi sangat panas . 

Mereka melihat letusan gunung berapi di India 65 juta tahun lalu. Model ini juga memungkinkan mereka untuk menghitung proses pelapukan dan umpan balik karbon setelah pendinginan bumi pada 45 juta tahun lalu, ketika pegunungan besar seperti Andes dan Himalaya pertama kali terbentuk.

Makalah ini menunjukkan bahwa daerah pegunungan mungkin memainkan peran sangat penting dalam mengeluarkan karbon dari atmosfer karena mereka memiliki batuan vulkanik berlimpah yang sangat reaktif terhadap pelapukan ketika hancur.

Pemimpin peneliti Chris Doughty, dari Fakultas Geografi dan Lingkungan di Universitas Oxford, mengatakan, ini adalah proses yang sederhana didorong oleh pertumbuhan akar pohon dan dekomposisi bahan organik. Namun mungkin berkontribusi terhadap stabilitas iklim jangka panjang bumi. 

"Tampaknya (pegunungan) bertindak seperti termostat , yang bertambah lebih banyak karbon dioksida dari atmosfer ketika hangat dan berkurang ketika sangat dingin.

"Serangkaian peristiwa iklim selama 65 juta tahun terakhir lalu telah mengakibatkan suhu global naik dan turun. Namun, proses pelapukan yang mengatur karbon dioksida di atmosfer dapat disangga oleh hutan yang tumbuh di bagian pegunungan dunia. Di masa lalu, proses alami ini mungkin telah mencegah bumi dari mencapai suhu yang bisa memberi bencana bagi kehidupan." (*)

Editor: Roelan