Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Suhu Global Tahun 2013 Keempat Terhangat dalam Sejarah
Oleh : Redaksi
Kamis | 23-01-2014 | 09:49 WIB

BATAMTODAY.COM - Sebuah laporan terbaru menyebutkan bahwa suhu global pada tahun 2013 sama dengan suhu pada tahun 2003 sebagai suhu terhangat dalam sejarah sejak dokumentasi mulai dilakukan di tahun 1880.

Laporan gabungan tersebut, yang disusun oleh Badan Antariksa Amerika Serikat NASA dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), mengatakan setiap tahun sejak 1976 suhu di atas rata-rata untuk abad ke-20.

Pada 2013, sebagian wilayah di dunia mengalami suhu tahunan di atas rata-rata. Di daratan, sebagian dari Asia Tengah, Ethiopia Barat, Tanzania Timur dan sebagian besar wilayah selatan dan barat Australia mencatat suhu yang lebih hangat, begitu juga bagian dari Samudra Arktik, sepetak besar barat daya Samudra Pasifik, bagian dari Pasifik tengah, dan sebuah wilayah Samudra Hindia.  
 
Thomas Karl, direktur Pusat Data Iklim Nasional NOAA, mengatakan gambaran iklim terlihat lebih jelas dalam peristiwa-peristiwa cuaca ekstrim.
 
"Kami melihat di Brazil contohnya, mereka mengalami kekeringan hebat selama dua tahun berturut-turut," katanya. "Dalam banyak hal ini mungkin yang terburuk dalam 50 tahun terakhir. Kami melihat musim hujan di barat daya India. Dan hal tersebut berkontribusi terhadap banjir terburuk dalam setengah abad terakhir, dan ribuan orang tewas akibatnya."

Hanya sebagian wilayah di tengah Amerika Serikat yang lebih dingin daripada suhu rata-rata daratan. Wilayah kecil yang tersebar di seluruh wilayah timur Samudra Pasifik dan sebuah wilayah di Samudra Selatan di selatan Amerika Selatan lebih dingin dari suhu rata-rata. Tidak ada wilayah di dunia yang mencatat suhu dingin sepanjang 2013.
 
Gavin Schmidt, wakil direktur Goddard Institute for Space Studies milik NASA, mengatakan meskipun ada variabilitas musiman dan tahunan, laporan tahunan tersebut menunjukkan tren dunia dan membantu memberikan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang terjadi dalam jangka panjang. (*)

Sumber: Voice of America