Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tangkal Malaria dengan Ubah Perilaku Nyamuk 'Kawin'
Oleh : Redaksi
Jum'at | 13-12-2013 | 11:59 WIB
malaria_special.jpg Honda-Batam
Foto ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Burkina Faso - Penyakit malaria masih mengancam. Ilmuwan sedang berpacu dengan waktu untuk mengalahkan malaria. 

Namun, obat-obat yang ada dan produk insektisida menjadi kurang efektif dalam usaha melawan penyakit itu dan nyamuk yang menyebarkan penularannya. Salah satu dari ilmuwan tersebut adalah Abdoulaye Diabate dari Burkina Faso. 

Negaranya adalah salah satu kawasan dengan tingkat penularan malaria tertinggi di dunia. Dr Diabate menemukan bahwa pada musim hujan, sejumlah rumah menjadi sarang nyamuk.

Baru-baru ini, Komunitas Kerajaan Inggris, Britain’s Royal Society, mengakui penelitian Dr Diabate mengenai bagaimana mengubah perilaku nyamuk yang kawin. Ia menemukan bahwa nyamuk kawin dalam kelompok besar yang dikenal dengan 'swarm'.

"Yang penting dalam musim kawin ini adalah nyamuk itu akan berkelompok di tempat yang sama setiap hari. Ini menjadi sasaran yang mudah untuk membasmi mereka dan kita bisa mengurangi populasi nyamuk," ujar Diabate.

Dr Diabate juga menemukan bahwa nyamuk secara  berkelompok kawin di tempat yang sama setiap tahunnya. Ia mengatakan hal ini memungkinkan ilmuwan untuk mengubah pola perkembangbiakan mereka. 

Penemuan-penemuan itu mungkin akan menghasilkan teknologi pengendalian malaria yang baru, termasuk nyamuk yang direkayasa secara genetika dan bahkan nyamuk yang mandul.  

Penghargaan Pfizer Royal Society untuk Dr Diabate disertai hadiah sebesar $95,000 untuk digunakan dalam penelitiannya. Ia berharap berita kemenangannya itu akan mendorong peneliti-peneliti di seluruh Afrika untuk bekerja mengatasi malaria. 

Sir Brian Greenwood dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, adalah anggota komite penyeleksi penghargaan itu. 

Malaria membunuh kira-kira 660.000 orang setiap tahunnya. Kebanyakan korbannya adalah anak-anak. 

Perusahaan obat GlaxoSmithKline berencana untuk mendapatkan izin untuk menjual vaksin malaria. Vaksin itu diberi nama RTS,S. Badan Kesehatan Dunia, WHO, mengatakan obat itu bisa tersedia mulai tahun 2015. 

Professor Greenwood membantu pengembangan obat itu.  Ia mengatakan obat tersebut tidak seefektif yang ia inginkan, namun lebih baik daripada tidak ada vaksin sama sekali. (*)

Sumber: Voice of America