Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Disesalkan Tidak Ada Penyambutan dari Pemerintah

2.352 TKI Bermasalah Kembali ke Tanah Air dari Arab Saudi
Oleh : Redaksi/TN
Rabu | 04-05-2011 | 15:13 WIB

Jakarta, batamtoday - Sebanyak 2.352 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang sudah lama terlantar di Arab Saudi, kembali ke tanah air dan tiba di pelabuhan Tanjung Priok Rabu 4 Mei 2011, pada pukul 04.00 WIB pagi hari. Namun disayangkan, tidak ada acara penyambutan kepada para TKI tersebut.

Sekretris Jenderal (Sekjen) Federasi Serikat pekerja (FSP) BUMN Bersatu. Ainur Rofiq, menyesalkan sikap acuh tak acuh pejabat Indonesia atas kedatangan para TKI dari Arab Saudi.

"Tidak seorang pun pejabat tinggi pemerintahan yang datang menjemput, dan hal ini merupakan bukti bahwa pejabat Indonesia sama sekali "tidak care" atas nasib TKI," ujar Rofiq.  kepada batamtoday per telepon Rabu 4 Mei 2011.

Pemulangan para TKI  sendiri berjalan lancar, berlangsung sejak pukul 04.00 hingga pukul 12.00 siang hari ini. Demikian disampaikan Kordinator Lapangan pemulangan TKI Arab Saudi dari Kantor BNP2TKI. Ketua BNP2TKO sendiri, tidak nampak menjemput.
 
“Semua berjalan lancar, ada kendala sedikit, tetapi tidak mengganggu, dan semua sudah bisa ditasi. Adapun jumlah TKI yang dipulangkan saat ini berjumlah 2.352 orang,” tandasnya.

Sekjen FSP BUMN Bersatu, Ainur Rofiq, menilai para pejabat pemerintah Indonesia hanya bicara di bibir saja dan menyebut para TKI adalah pahlawan devisa. Tetapi hal itu sama sekali tidak ditunjukan, seperti dalam hal kembalinya ribuan TKI dari Arab Saudi yang telah terlunta-lunta sekian lama di kolong-kolong jembatan di Arab Saudi.

"Mereka (TKI) berangkat ke luar, kan karena pemerintah tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka. Karena tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan, lalu pemerintah menyebut para TKI adalah pahlawan devisa. Tetapi ketika pahlawanya dianiaya dan terlantar, mereka (pejabat, red) acuh tak acuh. Dan ketika kembali ke tanah air, sama sekali tidak ada yang menyambut," terang Rofiq.

"Menteri Tenaga Kerja, sebaiknya dicopot saja," tegas Ainur Rofiq.