Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tren Pemanasan Global Berlanjut di 2013
Oleh : Redaksi
Senin | 18-11-2013 | 10:09 WIB
global_warming.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM - Tahun 2013 menjadi salah satu dari sepuluh tahun terpanas sejak pencatatan pemanasan global dimulai pada 1850. Hal ini terungkap dalam berita Program Lingkungan PBB (UNEP) yang dirilis pekan lalu.

Mengutip data dari World Meteorological Organization, sembilan bulan pertama tahun ini (Januari sampai September) adalah periode terpanas ketujuh yang pernah tercatat. Suhu bumi serta suhu permukaan air laut, naik 0,48°C di atas rata-rata suhu periode 1961-1990.

Dalam laporannya yang berjudul Status of the Global Climate 2013, WMO memberikan gambaran lengkap mengenai suhu dalam skala regional dan nasional, yang mencakup detil informasi terkait curah hujan, banjir, kekeringan, siklon tropis, tutupan es dan tinggi permukaan air laut. Laporan ini berguna sebagai informasi bagi semua pihak yang saat ini mengikuti Konferensi Perubahan Iklim di Warsawa, Polandia.

Australia menjadi negara yang menderita kenaikan suhu tertinggi - rata-rata nasional mencapai 40.3°C - pada 2013. Di Asia, Jepang mengalami musim panas paling ekstrem sepanjang sejarah. Sementara China mengalami peningkatan suhu pada bulan Agustus tertinggi sejak 2006. Peningkatan suhu tertinggi dunia tahun lalu dialami oleh Amerika Serikat.

Menurut Sekretaris Jenderal WMO, Michel Jarraud, konsentrasi emisi gas rumah kaca mencapai level tertinggi pada 2012 dan diperkirakan akan kembali mencetak rekor baru tahun ini.

Laporan WMO juga menunjukkan, permukaan air laut naik tertinggi sepanjang sejarah dengan rata-rata kenaikan setinggi 3,2 milimeter per tahun sejak pengukuran melalui satelit dimulai pada 1993. "Kenaikan permukaan air laut ini dipicu oleh mencairnya lapisan es dan gletser. Lebih dari 90 persen efek pemanasan global telah diserap oleh samudra, menyebabkan samudra terus memanas dan es mencair selama ratusan tahun," ujar Jarraud.

Data dari National Snow and Ice Data Center, lembaga milik pemerintah Amerika Serikat, menunjukkan, es di benua Arktika turun 500.000 km2 - menjadi 15,13 juta km2 - dibanding luas rata-rata pada periode 1981-2010. Penelitian dari University of Colorado-Boulder juga menyimpulkan, lapisan es yang berumur lebih dari empat tahun telah berkurang 15 persen dari periode tertinggi pada Maret 1984 yang mencapai 18 persen menjadi hanya 3 persen pada 2013. Hal ini menunjukkan bukti nyata peningkatan proses pencairan air laut.

Kondisi di benua Antartika terbalik dengan benua Arktika. Luas lapisan es terus bertambah, mencapai maksimal 19,47 juta km2 pada September. Angka ini 30.000 kilometer lebih luas dibanding rekor sebelumnya pada 2012, atau lebih tinggi 2,6 persen dibanding rata-rata periode 1981-2010. Peningkatan ini disebabkan oleh perubahan sirkulasi samudra akibat perubahan iklim dan pemanasan global yang memicu ketidakseimbangan pola angin dan cuaca.

Data hingga November 2013 menunjukkan, aktivitas siklon tropis berkecepatan sama atau melebihi 63 km/jam telah terjadi sebanyak 86 kali. Jumlah ini mendekati jumlah rata-rata aktivitas siklon tropis yang mencapai 89 kali pada periode 1981-2010.

Sumber: hijauku.com