Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

DPD Berharap Capres 2014 Paham Kepentingan Rakyat di Daerah
Oleh : Surya
Jum'at | 08-11-2013 | 17:33 WIB
gkr-hemas.jpg Honda-Batam

Wakil Ketua DPD RI GKR Hemas

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Wakil Ketua DPD RI GKR Hemas menegaskan jika pemimpin atau calon presiden (capres) 2014 mendatang mesti memahami kebutuhan dan kepetingan rakyat di daerah.

 
Sebab, selama ini pemimpin hanya pandai dalam pidato saja, sementara janji-janjinya kerap diingkari dan tak dilaksanakan.

Menurut Hemas, capres yang muncul sekarang juga belum tentu akan dipilih oleh rakyat karena hanya dibesarkan oleh media tetapi tidak mengakar ke rakyat dan daerah. 

"Rakyat sudah pintar, bisa merasakan dan memahami persoalannya sendiri. Mereka berharap apa yang dikatakan sesuai dengan kerja nyata di lapangan sesuai kebutuhan. Jadi, rakyat membutuhkan pemimpin yang berani membela kepentingan rakyat dan daerah, bukan partai dan golongan," tandas Hemas dalam diskusi 'Pemimpin Bangsa Pasca 2014' di Jakarta, Jumat (8/11/2013).

Hemas berpendapat, mestinya partai politik (parpol) meminta masukan masyarakat sebelum men-capreskan tokoh tertentu, misalnya capres yang diinginkan masyarakat dan daerah.

"Kalau hanya memikirkan kesejahteraan saja, maka pemimpin itu tidak akan membela rakyat dan daerah, hanya memikirkan kesejahteraannya diri sendiri," katanya. 

Saat ini, kata Hemas, rakyat dan daerah meragukan kredebilitas para capres yang marak diberitakan media. Sebab, perekrutan capres yang dilakukan parpol tidak dilakukan secara trasparan, dan lebih bersifat transaksional sehingga tidak mendapat simpati di hati rakyat. 

"Selama 9  pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini banyak hal yang harus diperbaiki. Maka kedepan harus memihak kepada rakyat, agar negara ini sejahtera," katanya. 

Sedangkan pengamat hukum tata negara Irman Putrasidin mengatakan Indonesia perlu dipimpin Presiden 'berkepala batu' atau keras kepala agar negara tidak terombang-ambing seperti sekarang.

Namun capres 'berkepala batu' itu tidak mesti dari militer, karena terbukti meski seorang militer seperti Presiden SBY tidak bisa tegas dan berani dalam bersikap, serta muda digerogoti oleh parpol pengusungnya. 

"Pemimpin itu harus tahu negara ini akan dibawa kemana? Ibaratnya dia kepala batu atau keras kepala,  munculnya bukan saja karena popularitas, dan elektabilitas saja melainkan atas panggilan jiwa. Kalau capres yang ambisius, dan menolak atau lemah sejak awal jangan dipilih, karena pasti tak akan mampu memimpin bangsa ini," kata Irman .

Irman menambahkan, presiden mendatang juga harus berani memutus mata rantai hubungan partai pengusung atau koalisi, bila tidak akan terus digerogoti dan terbelenggu oleh prilaku partai pengusung. 

Sementara itu, Direktur Eksekutif The President Center Didied Maheswara menilai diperlukan konsensus untuk menjaring capres alternatif yang bisa dilakukan oleh elemen masyarakat atau lembaga negara seperti DPD RI. Karena capres yang muncul hanya berdasarkan pada popularitas dan elektabilitas, bukan kompetensi.

"Mestinya berdasarkan kompetensi agar mampu menyelesaikan masalah bangsa. Dan, hasil survei kompetensi The President Center ada nama Jusuf Kalla dan Sri Sultan HB X. Nama tersebut saya kira bukan hanya sekedar memiliki popularitas dan elektabilitas saja, tapi juga kompetensi. Siapa yang tidak kenal Jusuf Kalla dan Sri Sultan HB X? " kata Didied Maheswara.

Editor : Surya