Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Inilah Peringkat Negara Penyebab Perubahan Iklim
Oleh : Redaksi
Selasa | 05-11-2013 | 14:09 WIB

BATAMTODAY.COM - Negara industri menyumbang 52% emisi gas rumah kaca penyebab pemanasan global dan krisis iklim. Sementara negara berkembang - termasuk Indonesia - menyumbang 48% sisanya. Hal ini terungkap dari laporan terbaru lembaga penelitian lingkungan, alam dan angkasa Belanda, PBL, yang dirilis pekan lalu.

Kesimpulan ini diperoleh dari penghitungan emisi gas rumah kaca pada periode 1850 hingga 2010. Kalkulasi PBL (PBL), Ecofys dan Joint Research Centre (JRC), lembaga milik Uni Eropa menunjukkan, sumbangan negara berkembang terhadap perubahan iklim diperkirakan akan terus meningkat menjadi 51% pada 2020, sehingga kontribusi negara maju turun menjadi 49%.

Artikel PBL yang telah diterbitkan dalam jurnal "Climatic Change" ini menyatakan, di kelompok negara-negara industri - yang menyumbang 52% emisi gas rumah kaca global - Amerika Serikat tetap menjadi penghasil emisi gas rumah kaca terbesar dengan kontribusi sebesar 18,6%.

Negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa (sebanyak 27 negara) menduduki posisi kedua dengan porsi sumbangan 17,1%. Posisi ketiga diduduki oleh Federasi Rusia dengan sumbangan 7,2%. Sementara Jepang, Kanada, Australia dan Selandia baru, Ukraina serta negara-negara Eropa lain beturut-turut menyumbang 2,8%, 1,9%, 1,7%, 1,5% dan 1,1%.

Di negara berkembang - yang menyumbang 48% emisi gas rumah kaca pada periode 1850-2010 - China menempati rangking pertama dengan kontribusi emisi gas rumah kaca sebesar 11,6%. Indonesia menempati rangking ke-2 di bawah China sebagai negara berkembang penghasil emisi gas rumah kaca terbesar dengan kontribusi 4,8%. India berada di posisi ketiga dengan kontribusi 4,1%.

Seluruh negara Asia Tenggara (terkecuali Indonesia) menyumbang 5,7%. Sementara Brazil, Meksiko, Afrika Selatan, Turki, Korea Selatan, Nigeria berturut-turut 3,9%, 1,3%, 0,8%, 0,7%, 0,6% dan 0,6%. Negara-negara Afrika di luar yang telah disebutkan menyumbang 5,7% sementara negara Amerika Latin yang lain menyumbang 4,6%. Wilayah Timur Tengah menyumbang 2,6%, Saudi Arabia 0,4% dan negara Asia di luar yang telah disebutkan menyumbang 0,6%.

Khusus Indonesia, sebanyak 60-70% emisi gas rumah kaca di Tanah Air dihasilkan dari deforestasi dan alih guna lahan yang dipicu oleh eksploitasi hasil tambang dan sumber daya alam. Tata kelola hutan di Indonesia juga masih dinilai rendah oleh Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP).

Namun peluang untuk mengurangi emisi dari sektor lain terbuka lebar, seperti energi, transportasi, pertanian, industri dan limbah. Jika Indonesia bisa melakukannya, Indonesia berpotensi kembali menjadi paru-paru dunia bukan menjadi negara berkembang penyumbang perubahan iklim terbesar kedua setelah China.

Sumber: Hijauku.com