Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Global Indian International School Singapura Kunjungi SDN 005 Lubukbaja
Oleh : Sherlyna
Jum'at | 25-10-2013 | 21:57 WIB
watermarked-Lubuk_Baja-20131025-02259.jpg Honda-Batam
Seorang siswa Global Indian International School Singapura sedang bercanda dengan siswa SDN 005 Lubukbaja.

BATAMTODAY.COM, Batam - Puluhan pelajar dari Global Indian International School Singapura, Jumat (25/10/2013), mengunjungi SDN 005 Lubukbaja, Batam. Kunjungan yang telah menjadi agenda tahunan itu biasanya akan disertai dengan aksi sosial seperti gotong royong dan pemberian bantuan. 

Rucha, salah seorang guru Global Indian International School Singapura, mengatakan, kunjungan mereka ke Indonesia khususnya ke Batam adalah salah satu agenda tahunan sekolah untuk mengenal dan belajar tentang budaya di Indonesia. 

"Biasannya kami mengunjungi berbagia tempat untuk melihat keanekaragaman di Indonesia, seperti melakukan gotong royong membersihkan pantai, mengunjungi panti-panti asuhan di Indonesia, sampai dengan melakukan interaksi dengan siswa-siswa yang ada di Indonesia, khususnya di Kota Batam. Ini juga menjadi salah satu pembelajaran kepada para siswa kami untuk lebih mengenal budaya Indonesia," ujar Rucha kepada BATAMTODAY.COM.

Menurutnya, kunjungan ini juga sebagai upaya untuk mengajarkan siswanya untuk saling mengenal teman mereka dari Indonesia dan menjadikannya sahabat. Dia berharap para siswanya lebih paham dan mau saling berbagi ilmu kepada teman-temannya dari Indonesia.

Kepala SDN 005 Lubukbaja, Roslainar, sepakat dengan yang dikatakan guru negeri jiran itu. 

"Kami merasa sangat senang karena sekolah kami menjadi pilihan sekolah Singapura sebagai tujuan kunjungan mereka. Harapannya tidak hanya mereka saja yang berkunjung ke sekolah kita, tetapi sekolah di Batam, khususnya SDN 005 ini bisa melakukan wisata kunjungan ke Singapura juga. Anak-anak saya lihat juga bersenang-senang dan saling berkenalan meski mereka tidak saling memahami bahasa yang digunakan," terang Roslainar.

Persahabatan, imbuh Roslainar, tak harus mengenal batasan negara dan budaya. Dan, hal itu memang terlihat dari canda ria para siswa serumpun itu mesi tidak saling memahami bahasa yang digunakan. (*)

Editor: Dodo