Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Relawan Jokowi Tak Pernah Bicara Cawapres, Apalagi Dino Patti Djalal
Oleh : Redaksi/SP
Kamis | 17-10-2013 | 10:51 WIB
Sihol-Manullang2.jpg Honda-Batam
Sihol Manullang, Ketua Umum Bara JP.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Barisan Relawan Jokowi Presiden 2014 (Relawan Jokowi atau Bara JP), tidak akan pernah bicara tentang Cawapres. Pemberitaan yang seakan-akan Relawan Jokowi mendukung Dino Patti Djalal menjadi Cawapres untuk Jokowi, adalah substansi yang tidak benar.

"Relawan Jokowi dibentuk melalui Kongres 15 Juni 2013, di mana keputusan Komite Politik adalah Jokowi Capres. Kongres tak bicara Cawapres. Karena kami bukan politisi, maka Relawan tak mungkin bicara Cawapres," tegas Sihol Manullang, Ketua Umum Bara JP, melalui siaran pers yang ditrima BATAMTODAY.COM, Kamis (17/10/2013).

Dengan klarifikasi ini, lanjut Sihol, klaim tersebut sama sekali tidak benar. "Kami bukan politisi, nggak mungkin belokkan isi kongres. Kami bukan oportunis," tukasnya.

Untuk mengubah hasil kongres, perlu kongres serupa atau setidak-tidaknya munas. "Bara JP bukan politisi, jadi tak mungkin membelokkan substansi Kongres. Kami hanya membahasakan keinginan rakyat. Ide dasar kami hanya perubahan, hanya percaya kepada Jokowi," ujarnya.

Dalam merealisasikan harapan, Bara JP juga bukan dalam posisi mendesak PDI Perjuangan, tetapi hanya menyampaikan aspirasi. "Menyampaikan aspirasi dan mendesak, dua makna berbeda. Kami yakin PDI Perjuangan akan dengar aspirasi rakyat," ungkapnya.

Relawan Jokowi sebagai nasionalis yang berserakan, bahkan eks golput yang melembaga, akan mendukung PDI Perjuangan apabila sebelum Pileg mengumumkan Jokowi Capres 2014. Relawan berharap, PDI Perjuangan jangan sampai berkoalisi.

Koalisi, katanya, akan mendorong pembentukan kabinet yang umumnya politisi, padahal belum tentu mempunyai kecakapan sesuai tugas yang diemban. Saatnya kursi kabinet diisi profesional. Jalan termudah ke arah itu, PDI Perjuangan jangan sampai berkoalisi.

Dari penelusuran Relawan, Sihol menambahkan, rekayasa pemberitaan tersebut bersumber dari siaran pers tim sukses Dino, namun sama sekali tidak pernah wawancara dengan Relawan Jokowi yang namanya disebut dalam berita, yaitu Dwi Soebawanto.

Ia juga menilai Dino sebagai "politikus banget", tanpa melihat identitas ideologisnya sebagai peserta Konvensi Demokrat dengan Relawan Jokowi yang lahir dari bawah. "Konvensi adalah gagasan elit, sedangkan Relawan Jokowi gagasan rakyat. Prinsip yang sangat jauh berbeda," tandasnya.

Politisi seperti Dino, kata Sihol, tidak menyadari "uncoupling" (keterlepasan) antara kesadaran politisi dengan kehendak rakyat. "Elektabilitas tokoh tertentu yang tidak sebesar Jokowi, sebetulnya karena "uncoupling" (keterlepasan) itu. Tapi para politisi tak menyadarinya," katanya.

Konvensi Demokrat yang diselenggarakan secara mewah, bersamaan dengan permintaan migran Hong Kong, agar Partai Demokrat atau panitia konvensi menalangi gaji Kartika Puspitasari yang disiksa majikan di Hong Kong. Tetapi permintaan itu tidak direspon.

"Tangisan migran bersamaan konvensi, membuat tangan peserta konvensi berlumur darah migran. Lalu, mau bagaimana Dino Patti Djalal dengan tangan berlumur darah rakyat, mau duduk bersama dengan sosok perubahan?" tegasnya dengan nada bertanya.

Editor: Dodo