Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Cloud Computing Potensi Bisnis saat Krisis
Oleh : Redaksi
Rabu | 02-10-2013 | 12:25 WIB
presdir-biznet1.jpg Honda-Batam
Adi Kusma, President Director PT Supra Primatama Nusantara (Biznet Networks).

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat ini, berdampak negatif terhadap industri teknologi informasi (TI) di Indonesia karena bisnis dan investasi di bidang TI sangat berkaitan erat dengan kurs nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Hal itu diakui Predir PT Supra Primatama Nusantara (Biznet Networks), Adi Kusma. Dengan melonjaknya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah, kata Adi, nilai beli perangkat dan infrastruktur TI pun meninggi. Sehingga belanja modal alias capital expenditure (Capex) yang dikeluarkan perusahaan dan usaha kecil menengah (UKM) dalam menggunakan produk TI kian membesar.

"Namun, untuk mengatasi kondisi tersebut teknologi cloud computing dapat menjadi solusi bagi perusahaan dan UKM dalam menggunakan teknologi informasi. Dalam situasi saat ini (depresiasi rupiah), cloud computing bisa menjadi solusi dalam menekan angka Capex. Karena pembelian infrastruktur TI sangat dipengaruhi kurs dolar AS," ujar Adi Kusuma melalui rilisnya kepada BATAMTODAY.COM, Rabu (2/10/2013).

Menurutnya, sosialisasi cloud computing dan pemanfaatannya, merupakan potensi bisnis di saat krisis nilai tukar. Sejatinya, cloud computing mulai popular di Indonesia pada 2010. Bahkan secara tidak langsung, teknologi cloud computing telah digunakan jauh sebelumnya di Indonesia. Ia mencontohkan, beberapa platformsocial media dan online gamedi Indonesia, sudah mengadaptasi sistem cloud computing.

"Cloud computing atau komputasi awan adalah gabungan pemanfaatan teknologi komputer (komputasi) dan pengembangan berbasis Internet (awan). Teknologi ini merupakan layanan hosting berbasis virtualisasi, yang memungkinkan akses data dari manapun, termasuk melalui Internet publik," paparnya.

"Cloud dapat menyimpan big data, baik enterprise data (data klien, produk, transaksi perdagangan) maupun sosial data, seperti konten, teks, audio, video, dan gambar, bercampur menjadi satu. Sehingga membuat perusahan dan UKM dapat menyimpan data mereka tanpa harus membeli server atau infrastruktur TI yang mahal," tambahnya.

Adi juga memperkirakan, di masa mendatang akan semakin banyak perusahaan dan konsumen yang menggunakan layanan cloud computing. Terlebih dengan semakin banyaknya pengguna ponsel pintar dan komputer tablet di Indonesia. Sebagian besar dari mereka akan memilih provideryang mampu mengakomodasi kebutuhan end to end, dari perangkat sampai infrastruktur. Dan yang paling penting adalah isu keamanan data user.

Adi pun menawarkan "Biznet Cloud' merupakan pilihan yang tepat saat ini. Sebagai salah satu operator telekomunikasi dan multimedia terkemuka di Indonesia, katanya, pihaknya memberi penambahan tools di sisi firewall, untuk meningkatkan sistem keamanan.

"Adapun layanan Biznet Cloud Server dengan kapasitas terendah saat ini adalah memori 1 Gigabyte (GB) dan 100 GB storage dengan tarif Rp2,25 juta per bulan, dan yang terbesar adalah memori 32 Gigabyte (GB) dan 100 GB storage dengan tarif Rp 14,5 juta per bulan. Apabila kapasitas yang diperlukan lebih besar dari yang telah disediakan, sistem Biznet Cloud dapat dikonfigurasi sesuai dengan kebutuhan pelanggan," ujarnya.

Sejak diluncurkan tahun 2010 lalu, Adi menambahkan, jumlah pelanggan Biznet Cloud semakin bertambah jumlahnya. Beberapa di antaranya, seperti Startup company, perusahaan UKM, content provider, airlines dan e-commerce mempercayakan datanya pada layanan Biznet Cloud.

Editor: Dodo