Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

SBY Diminta Ambil Alih Kontroversi Jalan Soeharto
Oleh : Surya
Rabu | 11-09-2013 | 18:57 WIB
Soeharto.jpg Honda-Batam
Mantan Presiden Soeharto

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Senator dari DKI Jakarta Andi Mappetahang Fatwa meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) segera mengambil alih permasalahan atau kontroversi perubahan nama Medan Merdeka Barat menjadi nama jalan Soeharto.

Diakui Fatwa, kendati Soeharto di masa kepemimpinannya telah berbuat catatan merah dalam perjalanan bangsa Indonesia sehingga menimbulkan pemberontakan PRRI dan Permesta, tapi Soeharto juga telah diberi amnesti oleh pemerintah.

"Saya harap SBY mengambil alih hal kontroversi ini," ujar AM. Fatwa dalam dialog kenegaraan ‘Usulan Pergantian Nama Jalan Merdeka di Monas’ bersama sejarahwan Asvi Warman Adam dan budayawan Ridwan Saidi di gedung DPD RI, Jakarta, Rabu (11/9/2013). 

Diakui Fatwa semula usulan nama jalan Soekarno dan Hatta untuk pengganti Jalan Merdeka Utara dan Selatan. Tapi bersama Permadi yang tergabung dalam panitia 17, Fatwa mengaku juga mengusulkan adanya Soeharto dan Ali Sadikin untuk mengganti nama Medan Merdeka Barat dan Timur.

Asvi mengakui polemik pergantian nama jalan Merdeka yang menimbulkan banyak hujatan dan caci maki terjadi ketika muncul nama Soeharto. Menurutnya selama masih ada kontroversi keras, sebaiknya nama Soeharto dibatalkan menjadi nama jalan dan pahlawan nasional.

"Saya mendukung penggunaan nama Soekarno dan Hatta untuk Merdeka Utara dan Selatan dalam rangka rehabilitasi. Tapi kalau nama Soeharto tidak disetujui, (usulkan-red) di tempat lain yang strategis. Jangan sampai politik menunda tindakan presiden/Gubernur untuk merehabilitasi dan memberi nama jalan Soekarno dan Hatta," ujarnya.

Ditambahkan Asvi, kalau jalan-jalan protokol dan strategis di DKI Jakarta sudah banyak 'direbut' oleh kalangan Militer pada masa lalu, maka diharapkan ada penamaan jalan di jalan-jalan yang belum menggunakan nama dari kalangan militer/TNI.

"Saya harap ada penamaan jalan-jalan kepada tokoh-tokoh nasional. Masih ada jalan yang bisa diambil untuk menjaga keutuhan bangsa seperti Safrudin Prawiranegara, M. Natsir, Ignatius Joseph (IJ) Kasimo (Partai Katholik), Johannes Leimena (Jong Ambon) dan Putu Hena," ujarnya.

Ridwan Saidi menggunakan nama-nama jalan di Jakarta tak lepas dari sejarah dan peradaban Jakarta masa lalu. Karenanya tidak bisa begitu mudahnya merubah jalan tersebut. Sejarah nama jalan yang juga berasal dari peradaban bisa dilihat pula dari negara Australia yang menggunakan nama suku Aborigin dan Amerika Serikat dari suku Indian.

"Kalau banyak penolakan sportif saja, tak diusah dipakai nama Soeharto," ujarnya.

Ditegaskan mantan politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Orde Baru itu, nama Medan Merdeka harus dipertahankan dan tidak boleh diganti oleh orang-orang yang berasal dari luar Jakarta.

"Medan Merdeka harus diindahkan, harus dipertahankan, tidak boleh diacak-acak oleh luar Jakarta. Kalau berani merubah, siap-siap berhadapan dengan spiritualisme warga Jakarta. Ini soal menghormati peradaban kami,"  ujar Ridwan.

Editor: Surya