Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

9 September 1976, Ketua Mao Tutup Usia
Oleh : Redaksi
Senin | 09-09-2013 | 11:37 WIB
Mao-Zedong.jpg Honda-Batam
Mao Zedong.

BATAMTODAY.COM, Batam - Pada 37 tahun yang lalu, Republik Rakyat China melepas kepergian pemimpin mereka, Mao Zedong. Pendiri negara komunis China itu wafat di usia 82 tahun.

Menurut stasiun berita BBC, Mao meninggal pada dini hari pukul 00.10. Berita wafatnya Mao itu diumumkan bersama oleh para petinggi Komite Sentral Partai Komunis, Dewan Negara (Kabinet), Kongres Nasional Rakyat (Parlemen), dan Komisi Militer Partai Komunis.

Dalam beberapa tahun terakhir, kesehatan pemimpin yang populer dengan sebutan "Ketua Mao" itu relatif memburuk. Beberapa bulan sebelum wafat, dia tidak bisa melihat lagi secara normal. Itulah sebabnya untuk sekian lama, sebagai pemimpin tertinggi China, Ketua Mao tidak bisa lagi menerima tamu-tamu asing.

Saat itu tidak jelas siapa calon penggantinya. Pasalnya, Mao tidak menyiapkan pengganti untuk memimpin China, yang saat itu masih berjumlah 800 juta jiwa.

Kabar wafatnya Mao menyebar cepat. Lalu, banyak warga mengikatkan kain hitam di lengan baju mereka sebagai ungkapan bela sungkawa.

Sebagai bentuk penghormatan, para petinggi China sepakat untuk tidak mengubur Ketua Mao. Jenazahnya diawetkan sehingga masih bisa dilihat publik hingga kini di sebuah maosoleum di sekitar alun-alun Tiananmen.

Mao dikenal turut membesarkan Partai Komunis China, yang dibentuk di Shanghai pada 1921. Namanya mulai melambung saat memimpin barisan pasukan komunis sepanjang 9.656 km untuk mobilisasi kekuatan di pertengahan 1930an. Pada dekade 1920an hingga beberapa tahun setelah Perang Dunia Kedua, usai China dilanda perang saudara antara kubu komunis dengan pasukan nasionalis pimpinan Jenderal Chiang Kai Sek.

Namun, kubu komunis pimpinan Mao akhirnya berhasil melumpuhkan kekuatan nasionalis sehingga berhasil mendirikan negara komunis Republik Rakyat China pada 1949. Chiang dan para pengikutnya berhasil lari ke suatu pulau di formosa dan mendirikan pusat pemerintahan Republik China, yang dikenal dengan sebutan Taiwan. 

Selama dekade 1950an, sebagai pemimpin negara baru, Ketua Mao melancarkan kebijakan ekstrem, yaitu bernama "Lompatan Jauh ke Depan," demi membawa China sebagai kekuatan industri baru. Rakyat diharuskan mengubah sistem ekonomi dari agraris ke industrialisasi.

Namun, kebijakan itu membawa akibat fatal. Rakyat China masih belum siap dengan perubahan pola itu sehingga penghidupan mereka sebagai petani terbengkalai dan bahkan dilanda bencana kelaparan.

Sempat mundur dari perpolitikan, dengan tidak lagi memegang jabatan di pemerintahan, Ketua Mao pada dekade 1960an melancarkan gerakan baru bernama "Revolusi Budaya" untuk menekan bibit-bibit oposisi yang dicurigai berasal dari kaum intelektual dan borjuis.

Diluncurkan pada 1966, Revolusi Budaya dilancarkan secara brutal. Satuan khusus pendukung kampanye itu, Pengawal Merah, secara serampangan menangkap, menyiksa, dan membunuh orang-orang yang dianggap sebagai kaum intelektual dan orang kaya yang kritis dengan pemerintah.

Kampanye itu berlangsung selama sekitar sepuluh tahun, hingga Mao wafat. Revolusi Budaya itu merupakan sejarah hitam bagi bangsa China peninggalan Ketua Mao.

Namun, hingga kini, dia masih dipandang sebagai Bapak Bangsa RRC. Sejak tiga dekade ditinggal pergi Mao, China kini berubah menjadi kekuatan baru dunia.

Sumber: VIVAnews