Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Cadangan Devisa Memplem

Golkar Minta Kebijakan LC Produk Eskpor Dihidupkan
Oleh : Surya
Kamis | 29-08-2013 | 17:46 WIB
airlangga-hartarto1.jpg Honda-Batam

Ketua Komisi VI DPR Airlangga Hartanto

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Partai Golkar memandang turunnya cadangan devisa saat ini seharusnya menjadi pijakan pemerintah untuk kembali menghidupkan kembali aturan kewajiban L/C terhadap produk ekspor.


Menurut Airlangga Hartarto, anggota Fraksi Partai Golkar di Komisi VI DPR aturan kewajiban L/C dilakukan untuk terus memperlancar perolehan devisa ekspor dan penertiban hasil usaha adalah dengan menetapkan Letter of Credit (L/C) terhadap barang ekspor melalui Bank di Indonesia.

“Penerapan wajib L/C tersebut bertujuan untuk meningkatkan tertib usaha, mendukung pelestarian sumber daya alam sebagai penopang kualitas lingkungan global kemudian juga untuk memperlancar perolehan hasil devisa ekspor,” ujarnya (29/8/2013).

Airlangga mencontohkan di negara lain seperti Thailand, Malaysia atau Singapura terdapat pengaturan khusus bahwa semua devisa yang masuk harus masuk dalam bank devisa negara bahkan harus ditempatkan dan harus dijual kepada negara.

“Kalau di sini, masuk syukur, gak masuk juga gak papa. Ini karena adanya UU nomor 24 tahun 1999, yang mengatakan bahwa setiap dunia usaha dapat dengan bebas menggunakan devisa, sehingga eksportir bebas menggunakan sepuasnya, tanpa perlu memperhitungkan pemasukan untuk dalam negeri,” paparnya.

Pada 2009, kewajiban pembayaran L/C melalui Bank di Indonesia tersebut diberlakukan untuk beberapa komoditi, yang mempunyai daya tawar cukup kuat, antara lain CPO, Timah, Karet, Kakao, Kopi serta produk pertambangan.

Produk yang dikenakan wajib L/C tersebut merupakan produk yang dengan nilai di atas US$ 1 juta. Sementara yang ekspor dengan nilai di bawah US$ 1 juta, dapat menggunakan cara pembayaran yang lazim digunakan dalam perdagangan internasional, tetapi pembayaran dan penyaluran tetap harus melalui Bank di Indonesia.

Beberapa produk pertambangan yang ekspornya wajib menggunakan L/C diantaranya ekspor mineral. Kemudian selain itu ada juga batubara, briket, ovoid dan bahan bakar padat semacamnya yang dibuat dari batubara serta timah batangan. 

Nilai ekspor Indonesia April 2013 mencapai US$14,70 miliar atau mengalami penurunan sebesar 2,18 persen dibanding ekspor Maret 2013. Sementara bila dibanding April 2012 mengalami penurunan sebesar 9,11 persen. Ekspor nonmigas April 2013 mencapai US$12,31 miliar, naik 1,74 persen dibanding Maret 2013, sementara bila dibanding ekspor April 2012 turun 2,40 persen.

Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-April 2013 mencapai US$60,11 miliar atau menurun 7,07 persen dibanding periode yang sama tahun 2012, demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$49,57 miliar atau menurun 3,07 persen.

Ekspor hasil industri periode Januari-April 2013 turun sebesar 2,57 persen dibanding periode yang sama tahun 2012, demikian juga ekspor hasil tambang dan lainnya turun 5,68 persen, sedangkan ekspor hasil pertanian naik sebesar 2,90 persen.

Editor : Surya