Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Selain karena Rupiah Melemah, Faktor Lain Juga Pengaruhi Pelemahan Ekonomi di Batam
Oleh : Redaksi
Rabu | 28-08-2013 | 11:37 WIB
Nagoya.jpg Honda-Batam
Salah satu sudut Batam.

BATAMTODAY.COM, Batam - Kondisi ekonomi di Batam ditengarai mengalami keguncangan. Penyebabnya, bukan hanya soal melemahnya rupiah terhadap mata uang asing namun juga disebabkan faktor lain.

Paulus Amat Tantoso, Wakil Ketua Bidang Perdagangan Kamar dan Industri (Kadin) Provinsi Kepulauan Riau, mengungkapkan situasi perekonomian Kota Batam diproyeksikan akan mengalami kontraksi signifikan dalam beberapa bulan ke depan. Tidak hanya karena terhentinya aktivitas importasi akibat ketidakstabilan nilai tukar, tapi juga karena faktor lain.

"Pada Oktober hingga November mendatang akan dimulai pembahasan upah minimum Kota Batam 2014, dan ini sudah pasti akan menyedot energi dan perhatian dari para pengusaha seperti tahun sebelumnya,” kata Amat, dikutip dari Bisnis Kepri, Rabu (28/8/2013).

Selain itu, keterbatasan pasokan barang terjadi karena potensi musim Angin Utara yang akan terjadi pada Oktober hingga November mendatang. Pada saat itu, nelayan memutuskan untuk menghentikan penangkapan ikan dan harga ikan dipastikan naik.

"Saat musim Angin Utara biasanya mengakibatkan terhambatnya pasokan sehingga supply - demand tidak lancar, dan berujung pada ketidakstabilan harga. Jika ini terjadi, maka kenaikan upah sama sekali tidak ada artinya," kata dia.

Untuk mengatasi potensi masalah tersebut, Kadin Kepri mengusulkan kepada pemerintah daerah agar mulai menyiapkan sistem logistik daerah yang menyediakan gudang penyimpanan bahan kebutuhan pokok di pasar-pasar tradisional.

"Pergudangan ini dikelola oleh BUMD, dan fungsinya untuk menjaga stabilitas harga barang pada saat harga mulai merangkak naik," ujarnya.

Kemudian mengantisipasi kemerosotan Rupiah yang semakin parah, Amat menyarankan pemerintah segera menerapkan aturan UU Nomor 7 Tahun 2012 tentang Mata Uang terutama bagi aktivitas perdagangan dan ritel yang masih menggunakan transaksi mata uang asing.

Di Batam saat ini jasa pergudangan, sewa ruang di mall, property, dan barang konsumtif masih menggunakan Dolar Singapura. Dengan kurs yang semakin tinggi, sudah pasti para tenant semakin berat.

Sumber: Bisnis Kepri